Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Indonesia Tangguh dan Tanggap Bencana Jika Punya Strategi Inovasi Teknologi yang Tepat

Salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami perlambatan ekonomi adalah meningkatnya frekuensi bencana alam yang terjadi saat ini.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Indonesia Tangguh dan Tanggap Bencana Jika Punya Strategi Inovasi Teknologi yang Tepat
Capture Zoom Meeting
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, dalam webinar bertajuk 'Kebijakan & Strategi Riset, dan Inovasi Teknologi Kebencanaan', Kamis (19/8/2021). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi negara yang memiliki risiko tinggi mengalami bencana alam yang disebabkan hidrometeorologi membuat Indonesia harus menyiapkan langkah strategis untuk mengurangi dampak potensi ini.

Satu di antaranya melalui pengembangan teknologi yang berfokus pada bidang kebencanaan.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami perlambatan ekonomi adalah meningkatnya frekuensi bencana alam yang terjadi saat ini.

Padahal pada saat yang sama, pemerintah juga memiliki fokus lainnya yakni memulihkan ekonomi di seluruh sektor yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19).

"Peningkatan frekuensi bencana di Indonesia mengakibatkan kerugian berupa perlambatan ekonomi, sedangkan pemerintah di masa pandemi ini memiliki program besar untuk melakukan pemulihan ekonomi di semua sektor," ujar Hammam, dalam webinar bertajuk 'Kebijakan & Strategi Riset, dan Inovasi Teknologi Kebencanaan', Kamis (19/8/2021).

Sehingga diperlukan sinergi berbagai pihak untuk mengurangi dampak negatif melalui upaya peningkatan kapasitas dari program penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) teknologi bidang kebencanaan.

Berita Rekomendasi

"Oleh karenanya kita bersama harus berusaha untuk memprediksi bencana bahkan meminimalisir dampaknya," kata Hammam.

Sebagai lembaga pemerintah yang berfokus pada bidang kaji terap teknologi, BPPT mewujudkan peranan tersebut melalui penerapan beberapa inovasi.

Baca juga: Komitmen Gerakkan Industri Nasional, Pertamina Satu-Satunya BUMN Peraih Penghargaan TKDN Dari BPPT

Mulai dari sistem deteksi dini terpadu tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), hingga kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) dalam upaya penanggulangan tsunami serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Perlu diketahui, berdasar pada data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada 2020, terjadi 4.650 peristiwa bencana alam yang didominasi oleh hidrometeorologi.

Melihat angka tersebut, Hammam menyampaikan bahwa pihaknya akan terus menggiatkan ekosistem inovasi bidang kebencanaan bersama para pemangku kebijakan lainnya untuk bisa mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana alam.


Prediksi terkait kebencanaan tentu saja tidak hanya diperlukan untuk meminimalisir dampak ekonomi yang dapat ditimbulkan, namun juga korban jiwa.

"Kami tidak pernah lelah untuk berinovasi dan mengawal penerapan teknologi kebencanaan di tanah air, salah satunya dengan menggiatkan ekosistem inovasi di bidang ini bersama dengan stakeholders lainnya," tegas Hammam.

Menurut data Kementerian Keuangan, kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari bencana alam rata-rata mencapai Rp 22,8 triliun per tahun.

Hammam menilai kerugian tersebut sebenarnya dapat diminimalisir, karena bencana yang terjadi kerap berulang setiap tahunnya dalam suatu periode tertentu.

"Ini dapat diantisipasi dengan kajian mendalam untuk bencana jenis tertentu dan di wilayah yang spesifik. Hasil kajian tersebut pun nantinya akan dibuat pemodelan yang selanjutnya diolah menggunakan bantuan teknologi KA (Kecerdasan Artifisial), proses tersebut pun telah BPPT mulai dalam program PEKA Tsunami, dan PEKA Karhutla," tutur Hammam.

Baca juga: Kebut Ekosistem Kendaraan Listrik, BPPT dan Pertamina Buka Dua SPKLU

Ia kemudian menjelaskan bahwa saat ini penanggulangan bencana telah mengalami perubahan paradigma secara global.

"Beberapa pendekatan baru dalam kebencanaan yang telah menjadi perhatian dunia meliputi isu Sustainable Development Goals (SDGs), global platform for Disaster Risk Reduction (DRR), climate change, zero emission, dan save ocean," papar Hammam.

Tentunya perubahan paradigma itu pada akhirnya memberikan tantangan baru bagi Indonesia untuk berperan secara aktif dalam agenda pengurangan risiko bencana, baik untuk skala nasional maupun global.

"Terlebih pada tahun 2022, negara kita akan menjadi tuan rumah pertemuan Global Platform for DRR di Bali, kita harus bersiap dan mampu menunjukkan kepada masyarakat global bahwa Indonesia merupakan negara tangguh dan tanggap bencana," tegas Hammam.

Oleh karena itu, ekosistem inovasi teknologi kebencanaan tentunya harus mulai 'mengubah mindset dan aware' terkait beberapa isu penting.

Mulai dari pengembangan teknologi sistem peringatan dini multi ancaman berbasis komunitas, peramalan berbasis dampak (impact-based forecasting), peringatan berbasis risiko (risk-based warning), dan sistem peringatan multi ancaman (global multi-hazard alert system).

Sederet isu penting ini pun turut menjadi fokus kaji terap unit kerja Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) BPPT yang memiliki inovasi teknologi kebencanaan yang siap diterapkan oleh para mitra.

Inovasi bidang kebencanaan ini di antaranya:

Sistem Peringatan Dini atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir atau Flood Early Warning System (FEWS), Sistem Peringatan Dini Bencana Longsor atau Landslide Early Warning System (LEWS).

Kemudian Sistem Kaji Kerentanan Struktur Gedung Bertingkat (SIJAGAT), Sistem Informasi Kesehatan Struktur Gedung Bertingkat (SIKUAT), Rumah Komposit Tahan Gempa, Sistem Simulasi Perubahan Guna Lahan (Simulan) untuk Aplikasi Bencana Tsunami, Sistem Deteksi Dini Kebakaran Lahan dan Hutan.

Lalu Penanganan Kebencanaan Menggunakan Kecerdasan Artifisial (PEKA) Sistem Prediksi Kejadian Tsunami, Kecerdasan Artifisial Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), Indonesia Network for Disaster Information (INDI), Kajian Bencana Gagal Teknologi Sektor Industri, Perlindungan Tanah dan Erosi Tanah (Biotextile), dan Reboisasi menggunakan Biji Tumbuh Mandiri (Bituman) untuk lahan gambut atau pasca perkebunan.

Hammam pun menyebutkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini terkait bidang kebencanaan.

"Tantangan besar Indonesia di bidang kebencanaan terletak pada bagaimana cara mendorong keterlibatan dan penerimaan hasil riset dan inovasi teknologi kebencanaan Indonesia, dalam agenda prioritas nasional dan global untuk pengurangan risiko multi ancaman bencana," pungkas Hammam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas