Pandemi, Belanja Teknologi Harus Bisa Dukung Keberlanjutan Bisnis
60 persen perusahaan di Asia-Pasifik mulai mengubah mindset mereka untuk menjadi perusahaan yang tangguh dalam menghadapi krisis.
Editor: Choirul Arifin
Pada akhirnya kedua hal tersebut menghasilkan platform digital, automasi bisnis, dan pengelolaan data bisnis secara modern bagi perusahaan.
Perubahan strategi digital menyebabkan perusahaan membutuhkan layanan cloud yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Sebanyak 54 persen perusahaan menggunakan anggaran belanja operasional lebih besar untuk pengadaan cloud (sumber: IDC Cloud Pulse Asia/Pacific, 2021).
Sebanyak 84 persen di antaranya lebih memilih penyedia layanan cloud yang bisa membantu mereka mengatur aktivitas bisnisnya; 44 persen perusahaan menginginkan layanan cloud yang menyediakan keamanan data lebih baik, dan 22% perusahaan ingin layanan cloud yang menyediakan akses yang sesuai aktivitas bisnisnya.
Pada kuartal II 2021, keputusan dan langkah-langkah perusahan dibuat dalam kondisi dunia yang masih belum pasti.
Dalam kondisi tersebut, anggaran belanja TI semakin meningkat. Beberapa di antaranya terkait layanan cloud, aplikasi analisis, internet of things (IoT), artificial intelligence, automation technologies dan business services.
“Pengelolaan anggaran untuk TI merupakan hal yang kritikal, perusahaan harus dapat membuat keputusan belanja teknologi yang selaras dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai perusahaan," ujarnya.
"Belanja teknologi yang dilakukan harus dapat mendukung keberlanjutan bisnis, membantu perusahaan meningkatkan kualitas sistem supply chain, memastikan produksi tetap berjalan dan perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen,” ungkap Sudev Bangah.
Sebelum pandemi Covid-19, perusahaan melakukan investasi untuk mengantisipasi potensi disrupsi pada bisnis. Sebagian besar rencana bisnis tidak memperhitungkan kondisi unik seperti pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak perusahan kesulitan untuk merespon kondisi tersebut di awal pandemi.
Saat pandemi Covid-19 terjadi, perusahaan memperkuat ketangguhan bisnis untuk beradaptasi dengan situasi pandemi, yakni dengan menjalankan aktifitas bekerja dari rumah (work from home), perdagangan menggunakan platform digital, dan automasi.
Hal ini membuat perusahaan tak lagi berfokus pada strategi antisipasi disrupsi bisnis.
Setelah pandemi Covid-19, perusahaan mulai mempersiapkan strategi untuk menghadapi potensi disrupsi bisnis lainnya yang akan muncul di masa depan.
Investasi digital tidak hanya bertujuan untuk mempersiapkan perusahaan beradaptasi dengan krisis saat ini, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari perubahan yang mungkin terjadi.
Marketing & Solution Director Lintasarta Ginandjar, menuturkan bahwa dunia bisnis mulai merasakan kebutuhan akan adaptasi teknologi yang semakin cepat. Kehadiran pandemi Covid-19.