Riset Kaspersky: Karyawan Lebih Nyaman Bekerja dari Jarak Jauh Meski Beban Meningkat
Kaspersky baru-baru ini mempublikasikan laporan hasil riset terbarunya terhadap 4.303 pekerja sektor di sektor teknologi informasi (IT).
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaspersky baru-baru ini mempublikasikan laporan hasil riset terbarunya terhadap 4.303 pekerja sektor di sektor teknologi informasi (IT).
Hasilnya, sebanyak 54 persen karyawan responden mengaku mengalami kenaikan beban kerja sejak beralih ke sistem jarak jauh, dengan 18 persen menyatakan peningkatan yang signifikan.
Sebanyak 37 persen responden tidak melihat perubahan volume beban kerja, dan 9 persen mencatat penurunan lingkup kerja (scope of work) karena kondisi kerja yang baru.
Di 2020, karena pandemi, digitalisasi interaksi karyawan menjadi salah satu perubahan yang paling cepat.
Namun, pada awal masa lockdown, 82 persen manajerial merasa khawatir bahwa transisi cepat menuju pekerjaan jarak jauh akan menyebabkan penurunan produktivitas.
Sebanyak 69 persen pekerja mengklaim bahwa pekerjaan jarak jauh memengaruhi kondisi emosional mereka secara negatif.
Saat mendekati akhir tahun kedua pandemi, kami percaya sekarang adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi kembali implikasi kerja jarak jauh bagi karyawan yang bekerja di sektor TI.
Baca juga: Waspadai Kejahatan Siber Menjelang Festival Harbolnas 11.11
Meskipun survei menyatakan bahwa lebih dari setengah karyawan mengalami peningkatan beban kerja, 64 persen dari mereka yang disurvei tidak lagi merasa kelelahan dari penerapan sistem kerja jarak jauh.
Ini didukung dengan fakta sebanyak 36 persen melaporkan memiliki lebih banyak energi saat bekerja dari rumah, dan 28% tidak melihat perbedaan antara kedua format (work from office dan work from home).
Baca juga: Platform E-commerce dan Fintech Sering Jadi Incaran Phising Para Hacker
Dalam hal stabilitas emosional, format jarak jauh dapat diterima dengan baik oleh karyawan: 67 persen melaporkan merasa lebih nyaman bekerja dari jarak jauh atau tidak mengalami peningkatan kecemasan akibat lembur, sementara 41% responden bahkan merasa lebih nyaman bekerja dari rumah.
Baca juga: Modus Kejahatan Siber Ancam Pelanggan E-commerce, Ini Langkah Blibli
Namun pada saat yang sama, persentase karyawan yang merasa tidak nyaman berada jauh dari rekan kerja masih cukup signifikan, dengan 36% responden mengatakan mereka merasa lebih lelah dan 33% merasa lebih cemas bekerja dari rumah.
Salah satu solusi yang terbukti populer di kalangan karyawan adalah model kerja hybrid. Format ini sangat disukai di kalangan para tenaga kerja, dengan hampir separuh karyawan (45 persen) beralih ke pekerjaan hibrida pada pertengahan 2021.
Baca juga: OJK: Bank-bank Dunia Merugi Rp 1.420 Triliun Per Tahun Akibat Kejahatan Siber
Solusi lain yang disambut baik adalah dengan menerapkan praktik kesejahteraan perusahaan.
Kabar baiknya adalah bahwa banyak bisnis mencari berbagai cara demi membantu mengelola kesejahteraan sumber daya manusia dari potensi kelelahan dalam bekerja.