Anggota Komisi VI DPR Dukung Anak Usaha Telkom Bangun Infrastruktur 5G
Andre berharap pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo bisa bergerak cepat membangun infrastruktur jaringan 5G di Indonesia.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade menilai langkah anak usaha Telkom PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) sudah tepat.
Menurutnya, hal ini upaya mewujudkan ekosistem telekomunikasi dengan menyediakan jaringan 5G di seluruh pelosok Indonesia.
“Kita tahu IPO Mitratel ini tujuannya mencari uang untuk membangun infrastruktur 5G dengan target dana yang didapat dari IPO sebesar Rp 24 Triliun," kata Andre dalam rapat dengar pendapat Komisi VI dengan Dirut PT Telkom Indonesia, dikutip Kamis (11/11/2021).
Andre mencatat, ada masalah yang harus diselesaikan dengan cepat oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Ia menegaskan Kominfo perlu menyiapkan spektrum frekuensi sebesar 100 MHz untuk mendukung jaringan 5G.
“Dalam membangun 5G itu kita butuh spektrum sekitar 100 mega yang disiapkan oleh Menkominfo. Setahu saya baru 2 giga spektrum yang ada di Indonesia," tambahnya.
Baca juga: Pendapatan Mitratel Berpeluang Tumbuh di Era 5G
Karena itu, Andre berharap pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo bisa bergerak cepat membangun infrastruktur jaringan 5G di Indonesia.
Sehingga, uang yang didapat dari IPO Mitratel dapat digunakan sesuai dengan tujuan aksi korporasi perusahaan.
"Perlu juga kita mendorong, meski bukan di Komisi kita (mitra Kemenkominfo), tapi perlu kita bunyikan. Jangan sampai IPO ini berhasil mendapatkan duit Rp 24 triliun, tapi ternyata pembangunan untuk persiapan infrastruktur 5G terhambat dengan spektrum 100 Mega yang belum disiapkan oleh Kemenkominfo," kata Andre.
Baca juga: Mitratel Harus Jamin Ketersediaan Sinyal yang Baik bagi Masyarakat 3T
Pita frekuensi yang sudah tersedia saat ini baru 2,3 GHz, yang digunakan oleh Telkomsel untuk memberikan layanan 5G komersial.
Indonesia setidaknya membutuhkan spektrum frekuensi di tiga lapisan, yaitu pita 700 MHz pada lapisan bawah (low band); 2,3 GHZ dan 2,6 GHZ pada lapisan tengah (middle band); dan 3,5 GHz pada lapisan atas (high band).