Hoaks Sepekan Terakhir: Varian Delta India Tidak Ada hingga Vaksin Pfizer untuk Lacak Manusia
Saat ini muncul 16 isu seputar hoaks Covid-19 selama seminggu terakhir yang tersebar di media sosial.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi mengatakan, saat ini muncul 16 isu seputar hoaks Covid-19 selama seminggu terakhir yang tersebar di media sosial.
Beberapa isu hoaks yang mengandung disinformasi menurut Dedy antara lain, hoaks yang menyebar pada 18 November 2021 mengenai CEO Pfizer ditangkap FBI karena penipuan dan pemalsuan data vaksin.
"Beberapa contoh hoaks yang perlu kita tangkal bersama," kata Dedy dalam siaran pers, Kamis (25/11/2021).
Kedua, hoaks pada tanggal 19 November 2021 tentang aliansi dokter dunia menyatakan bahwa varian Delta India tidak ada.
Ketiga, kata Dedy, disinformasi pada tanggal 20 November 2021 yang menyatakan bahwa anggota parlemen Austria meninggal dunia karena vaksin Covid-19.
Baca juga: Kominfo: Facebook Masih Jadi Media Penyebaran Terbanyak Seputar Hoaks Covid-19
"Keempat, disinformasi pada tanggal 22 November 2021 mengenai klaim Pfizer digunakan untuk melacak manusia di seluruh dunia," ucapnya.
Baca juga: Jubir Kominfo: Ancaman Hoaks dan Disinformasi Masih Membayangi Anak-anak di Indonesia
Lalu, hoaks pada tanggal 24 November 2021 mengenai detox mandi dengan ramuan soda kue, garam epsom, boraks dan tanah liat bentonit dapat menghilangkan kandungan vaksin Covid-19.
Dedy mengatakan, demikianlah sejumlah hoaks yang masih terus menyebar dan menjadi salah satu kendala penanganan Covid-19 di Indonesia.
"Seperti Covid-19 terus kita lawan, persebaran harus kita tangkal, bersama-sama kita jaga generasi muda untuk masa depan yang lebih baik terlindungi dari Covid-19 dan tumbuh menjadi generasi yang cerdas dalam menghadapi hoaks dan tantangan dunia ke depan," jelasnya.