Teknologi Machine Learning Sanggup Kelola Credit Scoring dan Prediksi Risiko NPL
Di industri keuangan mikro, teknologi machine learning bisa dimanfaatkan untuk membuat credit scoring ke debitur dan mendeteksi risiko NPL.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teknologi machine learning kini makin luas digunakan di banyak sektor industri, salah satunya di industri jasa keuangan karena kemampuannya membantu memacu kinerja perusahaan.
Di industri keuangan mikro, teknologi machine learning bisa dimanfaatkan untuk membuat credit scoring ke debitur dan calon debitur sekaligus mendeteksi potensi munculnya pinjaman bermasalah atau non performing loan (NPL).
Riyad Rivandi, CTO dan Co-Founder Valiance, perusahaan konsultan machine learning mengatakan, solusi machine learning bisa digunakan untuk mendeteksi risiko kredit pemohon dan merekomendasikan analis untuk menolak permohonan dengan potensi gagal bayar tinggi.
Namun, performa solusi tetap harus dievaluasi secara berkala untuk menghindari rekomendasi yang buruk akibat pergeseran tren pemohon (data drift).
Selain credit scoring, solusi-solusi berbasis machine learning yang telah dikerjakan Valiance adalah
anomaly detection, fraud detection, route optimization, computer vision, natural language processing,
dan supply chain optimization.
Dia mencontohkan, sebuah solusi Machine Learning untuk credit scoring yang pernah dibangun perusahaannya mampu memprediksi 50 persen Non Performing Loan (NPL) pada suatu lembaga keuangan mikro.
Baca juga: Teknologi Machine Learning Amankan Transaksi Pembayaran Online di Platform PLDT dan Smart
"Nilai NPL-nya ini setara dengan potensi kerugian Rp 100 miliar," ujarnya pada acara diskusi virtual panelis tentang data-driven culture yang diikuti Tribunnews.com di Jakarta, Rabu (26/1/2022).
Sejauh ini, Valiance telah mengerjakan solusi machine learning di industri keuangan dan perbankan,
logistik dan distribusi, media, ritel, pariwisata, agrikultur, dan otomotif. Mereka berasal dari perusahaan swasta, badan usaha milik negara dan kementerian/lembaga pemerintah.
Baca juga: Ada Modul Machine Learning dan Back-End Developer, Lintasarta Digischool Seleksi Ribuan Peminat
Dia menjelaskan, pengerjaan solusi bisnis di Valiance berlangsung secara efisien berkat penggunaan internal tools yang mereka kembangan untuk proses automatic machine learning (AutoML).
"Kami berpengalaman membangun infrastruktur Machine Learning Ops (MLOps) baik cloud
maupun on-premise sesuai dengan kondisi perusahaan," kata Riyad.
Baca juga: Cloudera: Adopsi 5G Akan Perkuat Posisi Operator Seluler Sebagai Agregator Data
Riyad, menegaskan solusi berbasis machine learning dari Valiance mampu menyelesaikan
permasalah bisnis klien, baik dalam hal efisiensi waktu untuk tugas-tugas repetitif, menekan potensi
kerugian biaya, maupun memprediksi risiko potensial berbasis riset mendalam.
"Kami membuktikan hal ini dengan melakukan evaluasi performa solusi yang kami bangun terhadap
hasil analisis ketimpangan yang telah dilakukan," ujar Riyad.
Sebelumnya, Valiance merupakan divisi konsultan dari Pacmann, sebuah akademi yang secara aktif
menyebarluaskan pengetahuan mengenai industri data melalui program non-degree (tanpa gelar)
untuk mereka yang ingin berkarier sebagai Data Scientist dan Business Intelligence/Data Analyst.
Materi program yang diajarkan setara dengan kurikulum S-1 dan S-2 Statistics dan Machine Learning.
Adityo Sanjaya, CEO dan Co-Founder di Valiance menuturkan, solusi berbasis Machine Learning
yang mereka kerjakan bersifat menyeluruh (end-to-end).