Rusia Minta TikTok Berhenti Merekomendasikan Konten Militer pada Pengguna di Bawah Umur
Roskomnadzor meminta platform TikTok untuk berhenti menyebarkan dan merekomendasikan konten yang berisi video militer kepada anak di bawah umur
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Layanan Federal untuk pengawasan Komunikasi, Teknologi Informasi dan Media Rusia, Roskomnadzor meminta platform TikTok untuk berhenti menyebarkan dan merekomendasikan konten yang berisi video militer kepada anak di bawah umur.
Regulator Roskomnadzor melakukan identifikasi konten pada aplikasi ini terkait video dengan kata kunci “operasi militer khusus” Rusia di Ukraina yang sebagian besar dinilai bersifat anti-Rusia.
Melansir dari Reuters.com, juru bicara TikTok mengonfirmasi pada Senin (28/2/2022), pihaknya telah membatasi akses ke media pemerintah Russia Today (RT) dan Sputnik di seluruh Uni Eropa.
Baca juga: Rusia Meningkatkan Tempo Serangan di Sejumlah Pusat Kota Besar Ukraina
Langkah ini tidak hanya dilakukan TikTok, media sosial lainnya seperti Facebook juga memblokir akses ke dua media pemerintahan tersebut.
Platform TikTok menjadi terkenal terutama di kalangan pengguna yang lebih muda. Platform ini sebenarnya memiliki versi sendiri yang ditujukan khusus untuk anak-anak di bawah 13 tahun, sehingga tidak jelas apa yang dimaksud regulator Rusia yang berujar TikTok merekomendasikan konten khusus untuk anak-anak di bawah umur.
TikTok mengatakan pihaknya sedang menguji pembatasan konten mereka berdasarkan peringkat usia.
TikTok, yang dikenal juga sebagai Douyin ini dimiliki oleh raksasa teknologi China ByteDance Ltd. Platform ini tidak segera menanggapi permintaan atas tuntutan yang diberikan Roskomnadzor.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina akan Semakin Rumit, Bisa Picu Perang Dagang, Perang Sanksi, dan Perang Siber
Aplikasi ini dikenal sering mengeluarkan tren tarian yang kemudian banyak ditiru penggunanya. Saat ini TikTok banyak digunakan untuk mendokumentasikan dan berbagai berita selama invasi Rusia ke Ukraina.
Hal inilah yang diduga menjadi penyebab kekhawatiran pihak Rusia jika video yang diputar pada platform ini akan menyesatkan informasi mengenai konflik yang sedang terjadi.