Pasca Invasi ke Ukraina, Pengguna TikTok di Rusia Hanya Bisa Lihat Konten Bikinan Lokal
Akses internet di Rusia ke berbagai konten dari dalam dan luar telah berkurang akibat invasi ke Ukraina.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – TikTok telah memblokir semua konten luar yang ada di Rusia, tetapi mengizinkan konten historis yang diunggah oleh akun domestik tetap dapat diakses termasuk video oleh layanan media yang didukung negara.
Aplikasi berbagi video milik China ini menyatakan telah melarang streaming langsung dan mengunggah konten baru di Rusia setelah Kremlin mengkriminalisasi penyebaran apa yang dianggapnya sebagai berita palsu tentang invasinya ke Ukraina.
Tindakan TikTok telah meluas hingga memblokir semua konten non Rusia, yang berarti satu-satunya konten yang dapat dilihat pengguna Rusia adalah video lama yang diunggah oleh akun yang berbasis di Rusia.
Dikutip dari Guardian, akses internet di Rusia ke berbagai konten dari dalam dan luar telah berkurang akibat invasi ke Ukraina.
Baca juga: Buntut Invasi di Ukraina, McDonalds hingga TikTok Angkat Kaki dari Rusia
Layanan Facebook dan Twitter diblokir oleh regulator komunikasi Rusia setelah platform tersebut menarik konten dari penyedia berita yang didukung media pemerintah di seluruh Eropa.
Tracking exposed, sebuah organisasi nirlaba berbasis di Uni Eropa yang mempelajari profil dan pelacakan pengguna internet, menggambarkan langkah TikTok sebagai upaya membangun "splinternet" dalam platform media sosial global.
Baca juga: Rusia Desak Google Buka Channel Medianya di YouTube yang Diblokir
Sebelum nya, TikTok mengatakan tidak ingin menempatkan karyawan atau penggunanya di Rusia untuk menghindari risiko hukuman pidana berat, karena menggambarkan layanan tersebut sebagai sumber "bantuan dan koneksi manusia selama masa perang.”
Baca juga: Pemerintah Rusia Batasi Akses ke Situs Internet DW
Aplikasi ini menerapkan label ke beberapa akun media yang dikendalikan negara, termasuk di Rusia, dengan konten di akun penyedia berita milik negara seperti Tass sekarang membawa label “media yang dikendalikan negara Rusia”.