Tips Aman Gunakan WhatsApp untuk Cegah Konten Negatif
Semakin majunya teknologi digital, media sosial menjadi sarana penyebaran hoaks, penipuan dan berbagai konten negatif lainnya.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semakin majunya teknologi digital, media sosial menjadi sarana penyebaran hoaks, penipuan dan berbagai konten negatif lainnya.
Peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) Alia Yofira, mengatakan masih banyak ditemukan konten berupa penipuan, ataupun berita hoaks lainnya di media sosial. Hal itu tak lepas dari modus pelaku yang memakai teknik ilmu pemasaran untuk mempengaruhi psikologi seseorang yang akan dijadikan korban.
"Teknik pemasaran itu sekarang marak banget dibuat (pelaku) penipuan di media sosial," tutur Alia dalam diskusi online Obral-Obrol liTerasi Digital (OOTD) siberkreasi Kominfo berjatuk 'Tips Aman dan Privat di Whatsapp', Kamis (16/6/2022).
Baca juga: Sinergi Kompas Group Bersama KPU Berantas Hoaks Seputar Pemilu 2024
Alia mencontohkan, para pelaku menyasar secara acak, seperti informasi testimoni pesugihan, berpura-pura menjadi polisi dengan meminta uang untuk menolong keluarga korban kecelakaan, meminta penggandaan nomor atau (One Time Pasword/OTP) hingga memberikan informasi palsu terkait bantuan sosial dari pemerintah.
"Nah bentuk-bentuk ini yang sebenarnya harus diwaspadai karena menyasar aspek psikologi kita. Yang mana kita harus meningkatkan mawas diri kita," imbuhnya.
WhatsApp (WA) membagikan tips aman agar para pengguna bisa terhindar dari risiko negatif tersebut dengan melakukan beberapa langkah.
Baca juga: UPDATE Kamis Siang, 9 Juni 2022, Kabar Jenazah Eril Ditemukan Dipastikan Hoaks
Paling utama, para pengguna media sosial WhatsApp diminta untuk selalu memverifikasi informasi yang tidak diketahui sumbernya itu.
Terlebih bagi para pengguna WhatsApp di Indonesia yang belakangan sudah mencapai angka hingga 2 miliar pengguna.
Tentunya, hal ini menjadi sasaran empuk pelaku untuk melakukan modus penipuan dan informasi negatif lainnya.
"Maka kita harus melakukan double cek terhadap pesan informasi yang kita terima," jelas Alia.
Manajer Kebijakan Publik WhatsApp di Indonesia Esther Samboh, menjelaskan dari keseluruhan jumlah pengguna WhatsApp, hampir 90 persen pesan yang dikirim merupakan pesan yang sifatnya pribadi atau personal.
"Karena WhatsApp memang dari awal didirikan dengan layanan yang sederhana. Reability, Privasi dan simplisit ini jadi prinsip utama di WhatsApp," kata Esther.
Baca juga: Wakapolri Minta Penjabat Kepala Daerah Antisipasi Hoaks Virus PMK Jelang Hari Raya Idul Adha
Diakui Esther, masih banyak informasi negatif yang disebar antarseseorang melalui WhatsApp yang mengganggu penggunanya. Karena itu, ia memberikan sejumlah tips atau angkah agar pengguna dapat nyaman sekaligus menghindari informasi yang tidak jelas tersebut. Salah satunya enkripsi end to end.