Mengenal Provider Tri, Sejarah Awal Berdirinya hingga Merger dengan Indosat Ooredoo
Berikut sejarah awal berdirinya Provider Tri, hingga merger dengan Indosat Ooredoo dan menghasilkan operator seluler terbesar kedua di Indonesia.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Tri merupakan merek penyedia layanan telekomunikasi seluler terkemuka di Indonesia.
Dilansir tri.co.id, provider Tri menghadirkan pengalaman gaya hidup mobile di lebih dari 37.000 desa di seluruh Indonesia.
Tri berkomitmen untuk menghadirkan pengalaman dan nilai terbaik bagi pelanggan, juga semangat untuk memberdayakan anak muda Indonesia dengan gaya hidup digital yang tinggi.
Baca juga: Kuota Tri Masih Ada tapi Tidak Bisa Digunakan, Apa Penyebabnya? Simak Cara Cek Sinyal Tri
Kini Tri dan Indosat Ooredoo bersatu, menjadi Indosat Ooredoo Hutchison dengan tetap mempertahankan merek "3".
Tri dan Indosat Ooredoo menyatukan kekuatan untuk jaringan yang lebih andal, inovasi yang lebih mutakhir, dan tekad untuk Indonesia Digital yang lebih maju.
Sejak saat itu, Tri Indonesia tidak lagi berdiri sebagai sebuah perusahaan independen, melainkan hanya sebagai merek semata.
Sejarah Berdirinya Provider Tri
Dikutip dari Wikipedia, awalnya, Tri dikeluarkan oleh PT Hutchison 3 Indonesia, anak perusahaan dari Hutchison Asia Telecom Group milik CK Hutchison Holdings.
PT Hutchison 3 Indonesia dulunya didirikan dengan nama PT Telindo Inti Nusa pada 20 Maret 2000.
Kemudian berganti nama menjadi PT Cyber Access Communication (CAC).
Upaya PT CAC untuk masuk ke industri telekomunikasi bermula ketika mereka mengikuti tender 3G di sistem UMTS yang diadakan pemerintah pada September 2003 (bersama dengan PT Tira Austenite Tbk, PT Astratel Nusantara, PT Surya Waringin Mas, PT Global Media Seluler, dan PT Catur Surya Lestari).
Pada 9 Oktober 2003, PT CAC ditetapkan sebagai pemenang tunggal dalam tender tersebut, sehingga diperkirakan akan menjadi operator pertama menggunakan teknologi ini.
Namun, belum juga beroperasi, pada 9 Mei 2005 Charoen dan Hutchison Asia Telecom Group menyepakati perjanjian untuk menjual 60 persen saham Charoen di PT CAC kepada Hutchison Telecom.
Sementara itu, Charoen akan tetap mempertahankan 40 % saham sisanya.