Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Tenaga Ahli Keamanan Siber Harus Diperbanyak untuk Cegah Kebocoran Data Terulang Kembali

Talenta TI di Indonesia, mengungkap bahwa 9 dari 10 lulusan teknologi memilih untuk menjadi developer perangkat lunak, bukan keamanan siber.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Tenaga Ahli Keamanan Siber Harus Diperbanyak untuk Cegah Kebocoran Data Terulang Kembali
HO
Cyber Security Director SecLab BDO Indonesia Harry Adinanta. Data survei yang dilakukan SecLab BDO Indonesia terhadap talenta TI di Indonesia, mengungkap bahwa 9 dari 10 lulusan teknologi memilih untuk menjadi developer perangkat lunak, dan hanya 1 dari 10 yang berminat untuk mendalami keamanan siber. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maraknya kasus kebocoran data belakangan ini, dinilai akibat tenaga ahli keamanan siber yang masih terbatas jumlahnya.

Berdasarkan data survei yang dilakukan SecLab BDO Indonesia terhadap talenta TI di Indonesia, mengungkap bahwa 9 dari 10 lulusan teknologi memilih untuk menjadi developer perangkat lunak, dan hanya 1 dari 10 yang berminat untuk mendalami keamanan siber.

Kekurangan tenaga ahli ini, dipadukan dengan wawasan masyarakat awam yang rendah mengenai keamanan siber pribadi, membuat Indonesia menjadi sasaran empuk bagi para hacker yang berniat jahat.

Baca juga: Pakar Keamanan Siber Imbau Masyarakat Tidak Asal Klik Link dan Install Aplikasi

Cyber Security Director SecLab BDO Indonesia Harry Adinanta mengatakan individu bisa dirugikan karena kebocoran data, contohnya data disalahgunakan ketika apply kredit atau tidak bisa mendaftar pelayanan publik karena data diindikasikan terkait penipuan.

Menurutnya, bisnis dan lembaga pemerintahan juga dirugikan karena reputasi mereka tercoreng.

“Adanya insiden kebocoran data semacam ini juga merupakan ancaman terhadap keamanan nasional, karena data yang ada bisa disalahgunakan untuk melihat berbagai jenis profil penduduk, hingga lokasi, usia dan persebaran keluarga di daerah tertentu, yang akan berbahaya jika jatuh ke tangan pihak yang memiliki niat jahat,” ucap Harry dalam keterangannya dikutip Sabtu (1/10/2022).

BERITA REKOMENDASI

Pihaknya mendukung pemerintah Indonesia yang sudah melakukan perbaikan, misalnya UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang baru saja disahkan, dan butuh waktu sampai negara bisa mencapai tingkat kematangan pertahanan siber.

Namun pesatnya perkembangan teknologi, membuat kejahatan siber lebih gencar dan cepat dibanding berbagai perbaikan.

“Salah satu akar masalahnya adalah ketersediaan tenaga ahli tadi, inilah mengapa BDO berkomitmen untuk mengembangkan talenta di bidang keamanan siber dan juga berkolaborasi dengan banyak pihak,” tambahnya.

Dalam membangun talenta tenaga ahli keamanan siber, SecLab BDO Indonesia melakukan pelatihan, seminar, dan juga program kolaborasi, contohnya Wreck It, sebuah kompetisi hacking kasus-kasus keamanan yang real, berkolaborasi dengan BSSN, dengan tujuan untuk mencari bakat-bakat baru dalam bidang keamanan digital

“Banyak organisasi yang tidak paham dan akhirnya menomorduakan cybersecurity. Sekarang sudah saatnya kita berbenah keamanan siber,” kata Harry.


SecLab BDO Indonesia juga membuka pintu lebih luas untuk kolaborasi dan menghimbau pihak-pihak yang berwenang untuk merangkul dan bekerjasama dengan para pakar dalam mengatasi permasalahan keamanan digital.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas