Permintaan VPN di Iran Meroket Setelah Muncul Aturan Pembatasan Internet
Warga Iran beralih ke jaringan pribadi virtual (VPN) untuk menghindari gangguan internet yang meluas karena pembatasan oleh Pemerintah Iran.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Saat itu, rekor permintaan layanan VPN mencapai sekitar 164 persen lebih tinggi dari biasanya, menurut Migliano.
Baca juga: Korban Tewas Akibat Kerusuhan di Iran Bertambah Jadi 31 Orang
Protes nasional atas aturan berpakaian Islami yang ketat di Iran dimulai pada 16 September lalu setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita berusia 22 tahun.
Amini meninggal dunia ketika ditahan oleh "polisi moral" Iran karena mengenakan jilbabnya terlalu longgar.
Wanita itu diduga dipukuli selama masa berada di tahanan polisi moral Iran. Pihak berwenang negara itu membantah melakukan hal tersebut dan mengklaim Amini meninggal dunia karena serangan jantung.
Setidaknya 154 orang tewas dalam protes tersebut, termasuk anak-anak, menurut kelompok non-pemerintah Hak Asasi Manusia Iran. Pemerintah Iran sendiri melaporkan ada 41 kematian.
Teheran berusaha mencegah menyebarnya gambar atau foto mengenai tindakan kerasnya dan menghambat komunikasi yang bertujuan untuk mengorganisir demonstrasi lebih lanjut.
Kementerian Luar Negeri Iran tidak segera menanggapi permintaan CNBC untuk memberikan komentar.
VPN adalah cara umum yang digunakan orang-orang di bawah rezim dengan kontrol internet yang ketat untuk mengakses layanan yang diblokir.
Misalnya di China, VPN sering digunakan sebagai solusi untuk mengakses platform Barat yang diblokir di Beijing termasuk Google, Facebook dan Twitter.
Permintaan layanan VPN di Rusia juga mengalami peningkatan pada bulan Maret, setelah Moskow memperketat pembatasan internet usai menginvasi Ukraina.