Praktisi: Kuasai Kecakapan Digital Demi Keamanan dan Kenyamanan Berakvititas di Internet
Perkembangan pesat teknologi digital dan internet telah mengubah sebagian besar perilaku masyarakat di seluruh dunia, dari pekerjaan hingga transaksi.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan internet di Indonesia kian pesat dan maju. Aktivitas sehari-hari banyak yang bergantung pada internet dan kecanggihan teknologi digital.
Oleh karena itu, kecakapan digital harus ditingkatkan agar beraktivitas di internet menjadi aman dan nyaman.
Hal itu mengemuka dalam webinar yang mengambil tema “Bagaimana Teknologi Informasi akan Mengubah Masa Depan Kita”, Senin (21/11/2022) yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Narasumber dalam webinar ini adalah Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makassar Izki Fikriani Amir; Head of Digital Marketing Chronox Idul Futra; dan Founder Kitchen Groove Catering Online sekaligus praktisi media John Patrick Jonathans.
Baca juga: Menkominfo: Masih Ada 284 Kabupaten dan Kota di Indonesia yang Belum Beralih ke TV Digital
Perkembangan pesat teknologi digital dan internet telah mengubah sebagian besar perilaku masyarakat di seluruh dunia, mulai dari pekerjaan, transaksi keuangan, hingga transaksi jual beli yang dilakukan secara online.
Di Indonesia, pengguna internet mencapai 204,7 juta orang atau setara 73,7 persen dari populasi, sedangkan pengguna aktif media sosial sebanyak 191,4 juta orang.
Menurut Idul Futra, semakin tingginya ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan internet sejalan dengan pentingnya memperhatikan faktor keamanan.
Ia menyarankan penggunaan Virtual Private Network (VPN), yaitu layanan koneksi internet yang dikembangkan untuk memberikan akses atau jalur komunikasi secara aman dan privat.
Kegunaannya adalah untuk membuka situs yang terblokir, mengamankan data pribadi pada jaringan publik, data dienkripsi, dan mengamankan informasi pribadi maupun perangkat digital pribadi.
“Dengan menggunakan VPN, data lebih aman dan terjaga kerahasiaannya. Namun, ada kelemahannya, seperti koneksi yang lambat dan tak stabil; konfigurasi manual; atau penggunaannya yang terbatas,” ucap Idul.
Kendati ada fitur layanan VPN secara gratis, menurut Idul, dirinya tidak menyarankan penggunaannya. Pasalnya, tetap ada potensi masalah mengenai keamanan data. Riwayat koneksi akan mudah diketahui dan dilacak, alamat internet bisa diintip, begitu pula kata sandi pada aplikasi yang digunakan. Penggunaan VPN gratis untuk transaksi keuangan sangat tidak disarankan.
“Teknologi memang sangat memudahkan pekerjaan sehari-hari. Namun, kita tetap perlu bijak menggunakannya dan memanfaatkan setiap kemudahan yang diberikan dengan baik dan benar,” tuturnya.
Sementara itu, Patrick Jonathans menambahkan masifnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). AI adalah teknologi pengembangan pada sistem komputer sehingga membuatnya bisa melakukan tugas yang biasa dilakukan manusia, seperti pengenalan suara, persepsi visual, pengambilan keputusan, menerjemahkan bahasa, dan lain sebagainya.
“Kegunaan teknologi AI adalah sebagai asisten manusia. Pada dasarnya, AI diciptakan sebagai pendamping, bukan pengganti manusia. Namun, AI dapat diprogram sedemikian rupa sehingga kecerdasannya bisa melebihi kecerdasan manusia,” kata Patrick.
Terkait maraknya penggunaan teknologi internet, Izki Fikriani mengingatkan orang tua agar meningkatkan literasi digital guna pendampingan akses internet terhadap anak-anak mereka.
Sebab, anak-anak sekarang sudah memiliki kemampuan mengakses internet. Padahal, konten internet tak seluruhnya sehat, bahkan banyak ditemukan konten negatif di internet yang bisa diakses anak-anak.
“Banyak risiko yang mengancam di era digital sekarang ini. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki kecakapan digital untuk mendampingi dan mengawasi anaknya saat beraktivitas di ruang internet,” ucap Izki.