Di Balik Aksi Protes Pekerja Pabrik Foxconn di China: Ketidakpercayaan hingga Pembatasan Covid-19
Pekerja pabrik juga melakukan protes keras atas penguncian Covid-19 dan menuntut pemberian bonus upah perekrutan yang sebelumnya telah dijanjikan.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI - Puluhan ribu pekerja di pabrik iPhone terbesar di dunia, Foxconn, China telah melarikan diri dari pabrik dalam beberapa pekan terakhir.
Pekerja pabrik juga melakukan protes keras atas penguncian Covid-19 dan menuntut pemberian bonus upah perekrutan yang sebelumnya telah dijanjikan.
Melansir dari Reuters, seorang pekerja bernama Hou berusia 24 tahun, yang meminta agar nama lengkapnya tidak diungkapkan, mengatakan dia mengambil tawaran pekerjaan di pabrik tersebut setelah pejabat dari desanya mendesak dan mengiming-imingi gaji yang diperolehnya bisa dua kali lipat dari biasanya.
Baca juga: Apple Diperkirakan Kehilangan 6 Juta Unit iPhone 14 Pro Akibat Protes Pekerja di Pabrik Foxconn
Pabrik yang terletak di Kota Zhengzhou milik Foxconn, pembuat iPhone terbesar Apple, menghasilkan sekitar 70 persen iPhone secara global.
Aksi protes yang terjadi kemungkinan dapat memangkas produksi untuk November di pabrik tersebut setidaknya 30 persen, menurut sumber yang mengetahui operasional pabrik.
Pabrik milik Foxconn terpukul oleh pembatasan Covid-19 yang ketat di China dan menghadapi permintaan liburan akhir tahun yang kritis, sehingga menawarkan bonus dan gaji perekrutan yang menarik.
Hou mengatakan dia dijanjikan menerima upah hingga 30.000 yuan atau sekitar 4.200 dolar AS untuk masa bekerja di bawah empat bulan, jauh di atas 12.000 hingga 16.000 yuan yang biasanya didapatkan pekerja Foxconn selama empat bulan.
Baca juga: Redam Kerusuhan di Pabrik iPhone, Foxconn Tawarkan Insentif Rp 21 Juta Bagi Karyawan
Namun, dia mengatakan harus menjalani 10 hari di karantina dan menerima pemberitahuan mendadak bahwa karyawan harus bekerja sebulan ekstra sebelum menerima bonus perekrutan mereka.
Keluhan seperti itu, yang diungkapkan Hou dan dua pekerja lainnya kepada Reuters, mendorong mereka untuk menghadap ke manajemen Foxconn di pabrik tersebut, yang berkembang menjadi aksi protes dan menjadi berita utama di seluruh dunia.
Aksi protes itu kemudian berubah menjadi kerusuhan buruh berskala besar di China, di mana pekerja bentrok dengan petugas keamanan berjas hazmat putih yang memegang pelindung plastik. Beberapa pengunjuk rasa menghancurkan kamera pengintai dan jendela dengan tongkat.
Selain tantangan menjaga lini pabrik beroperasi di bawah sistem loop tertutup yang dimandatkan berdasarkan kebijakan nol-COVID Beijing, yang mengharuskan pekerja diisolasi dari dunia luar, gejolak yang terjadi di pabrik Foxconn juga mengungkap masalah lain yaitu komunikasi dan ketidakpercayaan di antara pekerja dengan pihak manajemen pemasok Apple itu.
"Tidak ada yang mereka katakan berarti apa-apa," kata Hou saat ditemui di kampung halamannya, setelah menerima pembayaran 10.000 yuan yang ditawarkan Foxconn kepada para pekerja yang memprotes dan setuju untuk pergi.
Baca juga: Ditinggal 20.000 Karyawan, Pabrik iPhone Foxconn Terancam Gagal Produksi
Hou, yang pernah bekerja di bagian penjualan, mengatakan dia diberitahu bahwa tidak diperlukan pengalaman pernah bekerja di pabrik untuk bisa mendaftar sebagai pekerja Foxconn.
Hidupku Lebih Berharga