Indonesia dan Negara Dunia Diminta Waspadai Peretasan dari Kelompok Hacker China
DPP PII mengingatkan negara-negara dunia khususnya Indonesia yang memiliki hubungan kerja sama dengan Tiongkok, untuk mewaspadai dugaan aksi spionase
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah negara di dunia saat ini tengah menyoroti aksi kelompok peretas dari China yang diduga menargetkan pemerintah Kenya.
Komplotan peretas China ini menargetkan kementerian utama, termasuk Kementerian Luar Negeri dan Keuangan serta Departemen Luar Negeri.
Peretasan tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang utang kepada Beijing oleh negara Kenya, yang menjadi penghubung strategis dalam Inisiatif China Road and Bridge Corporation (CRBC).
Menanggapi hal ini, Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) mengingatkan negara-negara dunia khususnya Indonesia yang memiliki hubungan kerja sama dengan Tiongkok, untuk mewaspadai dugaan aksi spionase Beijing.
Baca juga: Pelemahan Ekonomi China Berdampak Pada Perdagangan dan Investasi Indonesia
Wakil Bendahara Umum DPP PII, Furqan Raka mengatakan peretasan tersebut memanfaatkan kemampuan spionase guna memantau dan melindungi kepentingan ekonomi dan strategis di luar negeri.
"Dari berbagai laporan media, disebutkan hal ini dilakukan Beijing karena CRBC sedang dalam proses menghentikan operasinya di Kenya dan pindah kembali ke China dalam waktu dekat," kata Furqan Raka kepada wartawan, Jumat (23/6/2023).
Serangan dunia maya ini kata Furqan Raka dilakukan oleh hacker Tiongkok sejak tahun 2019, ketika China menghentikan keran kredit ke Kenya setelah negara di Afrika tersebut kesulitan membayar utang ke Beijing.
China sendiri lanjutnya, diketahui telah memberikan pinjaman hampir 160 miliar dolar AS ke negara-negara Afrika dalam kurun tahun 2000 hingga 2020 yang sebagian besar untuk proyek infrastruktur berskala besar.
Kenya menggunakan lebih dari 9 miliar dolar AS pinjaman China sebagai dana untuk membangun proyek infrastruktur jalan seperti jalur kereta api, pelabuhan, dan jalan raya.
"Akan tetapi, industri kereta api Kenya ternyata merugi sebesar 9,2 juta dolar AS atau Rp129 miliar per bulan sehingga KA Kenya diyakini tidak akan dapat membayar utang kreditor China," jelas dia.
Kenya belakangan mengakui kesulitan dalam membayar utang Standard Gauge Railway (SGR) yang baru dibangun dan dibiayai China.
Pada akhir 2019, pakar keamanan dunia maya Kenya kata Furqan Raka, menilai ada gerakan peretasan jaringan di seluruh pemerintah, setelah pinjaman China ke negaranya tidak lagi mengalir.
"Negara-negara Afrika seharusnya menyadari bahwa pinjaman ini pada akhirnya akan membawa mereka ke dalam 'perangkap utang' karena manfaat yang timbul dari proyek-proyek ini pada akhirnya akan ditransfer ke China," tutur Furqan Raka.