Kominfo Sebut Video Jokowi Pidato Pakai Bahasa Mandarin Hoaks, Minta Masyarakat Hati-hati: Tabayyun!
Kominfo menyebut video viral Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpidato menggunakan bahasa Mandarin sebagai berita bohong atau hoaks.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebut video viral Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpidato menggunakan bahasa Mandarin sebagai berita bohong atau hoaks.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, video tersebut telah disunting menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"AI mulai digunakan dalam menciptakan hoaks. Kemarin teman-teman juga lihat bahwa video Presiden tahun 2015 dilakukan editing menggunakan AI, seolah-olah mengucapkan dalam bahasa Mandarin," katanya dalam konferensi pers di kantor Kominfo, Jumat (27/10/2023).
Baca juga: Cegah Penyebaran Hoaks saat Pemilu, Menkominfo Minta Masyarakat Tak Terpancing Berita Sensasional
Semuel mengatakan, pihaknya telah menggandeng penerjemah untuk memahami isi video hasil editan AI tersebut.
Ternyata, isi pidatonya tidak diubah, hanya diganti menjadi bahasa Mandarin.
"Cuma itu kan mendisinformasikan karena kejadiannya seolah-olah diberitakan kejadiannya di China pada saat Pak Jokowi ke China kemarin, padahal itu kejadian tahun 2015," ujarnya.
Semuel pun meminta masyarakat mulai hati-hati karena penggunaan AI disebut semakin canggih dan digunakan untuk menyunting suatu hal.
"Kuncinya adalah carilah informasi dari sumber-sumber terpercaya, khususnya dari media-media yang ada saat ini. Tidak mungkin berita besar tidak diliput oleh media," ujar Semuel.
Baca juga: Kominfo Akan Tingkatkan Patroli Siber Selama Pemilu 2024 untuk Cegah Hoaks
Ia berharap penyebaran hoaks bisa ditekan, khususnya penggunaan AI yang diedit seakan-akan menyerupai aslinya.
"Untuk itu sangat penting untuk tabayyun, tabayyun, tabayyun atau cek dan re-check. Carilah informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya," kata Semuel.