Penyediaan Kabel Serat Optik yang Merata Jadi Tantangan Perusahaan Layanan Jaringan Infrastruktur
Hingga akhir tahun 2023 ini, perusahaan yang bawah naungan Salim Group menargetkan memasang kabel mencapai 42.832 km.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini kehidupan masyarakat Indonesia tidak luput dari perkembangan digital dan penggunaan internet guna mendukung aktivitas sehari-hari dan internet merupakan infrastruktur penting dalam transformasi digital.
Dalam kondisi ini, tidak dapat dipungkiri fasilitas dan jaringan internet yang merata, handal dan berkecepatan tinggi sudah menjadi kebutuhan dan salah satunya harus ditopang dengan infrastruktur yang baik yang salah satu medianya adalah serat optik.
Network Planning Department Head FiberStar Yudo Satrio mengatakan, menghadirkan serat optik yang merata di seluruh Indonesia menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi perusahaan layanan jaringan infrastruktur.
Baca juga: Kominfo Siapkan Infrastruktur Digital Pemilu 2024, Mulai dari Layanan Telekomunikasi Hingga Internet
"Untuk membangun kabel fiber optik bukanlah hal yang mudah, terutama dalam hal proses perizinan di pemerintah daerah, belum lagi jika ada organisasi masyarakat," kata Network Planning Department Head FiberStar Yudo Satrio saat berdiskusi dengan media di Jakarta belum lama ini.
Hingga akhir tahun 2023 ini, perusahaan yang bawah naungan Salim Group menargetkan memasang kabel mencapai 42.832 km.
Perusahaan telah menyiapkan dana investasi Rp1,3 triliun untuk menambah 1 juta homepass baru untuk tahun 2024 mendatang karena untuk membangun kabel fiber optik membutuhkan investasi yang besar yakni sekitar Rp1,3 juta per satu rumah.
"Dengan penambahan 1 juta homepass di tahun 2024 sehingga di akhir depan memiliki total 2,8 juta homepass," kata Irawan Delfi.
Saat ini, jumlah homepass mencapai 1,9 juta homepass yang tersebar di 135 kota dan 17 provinsi, dari pulau Sumatera Jawa-Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan hingga Sulawesi Selatan.
Dalam kesempatan yang sama, Network Development Division Head FiberStar, Irawan Delfi mengatakan, industri telekomunikasi masih terbuka lebar di Indonesia, termasuk dalam hal pengembangan kabel serta optik.
"Saat ini saja perusahaan punya lesensi menggelar kabel serat optik , kalau tidak salah 275 perusahaan. Jadi bagi perusahaan ini bisnis yang menggiurkan," katanya.
Namun demikian, tidak semua secara mudah merealisasikan mengingat membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
"Kalau sekarang yang terlihat perusahaan atai operator besar karena memang investasi besar dan harus jangka panjang. Intinya nafasnya harus kuat," katanya.
Ditambahkan Irawan, pihaknya juga telah menyelesaikan modernisasi dan mengintegrasikan jaringan backbone Jawa–Bali baik di darat maupun melalui kabel laut Jakarta-Surabaya dengan teknologi Ason dari Huawei.
"Pengintegrasian jaringan kabel darat dan kabel laut ini memungkinkan jaringan memulihkan diri secara pintar jika terjadi ganguan pada salah satu jalur kabel optik sehingga ganguan layanan bisa di minimalisir dan meningkatkan kehandalan dari jaringan tersebut," katanya.
Disebutkan, teknologi yang sama juga sudah di implementasikan pada jaringan antar data center yang berada di Jabodetabek dengan kapasitas besar.