Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Urus Visa Kini Makin Cepat karena Gunakan Teknologi Kecerdasan Buatan

Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna AI terbanyak ketiga di dunia dengan menyumbang 1,4 juta kunjungan bulanan ke platform AI.

Penulis: willy Widianto
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Urus Visa Kini Makin Cepat karena Gunakan Teknologi Kecerdasan Buatan
dok. UICI
Ilustrasi kecerdasan buatan (AI). 

Urus Visa Kini Makin Cepat karena Gunakan Teknologi Kecerdasan Buatan
 
 
Willy Widianto/Tribunnews.com

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan Artificial Intelligence (AI) telah tumbuh pesat dan semakin tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

OpenAI melaporkan bahwa pengguna Chat GPT tembus hingga 200 juta per minggu pada kuartal ketiga 2024.

Penggunaannya pun semakin luas, mulai dari perencanaan, pencarian informasi di internet, pembuatan gambar, hingga penyusunan dokumen.

Baca juga: Tiga Inovasi Kecerdasan Buatan Berpotensi Dorong Pertumbuhan Industri Ritel

Tak hanya di tingkat personal, adopsi AI di dunia bisnis juga semakin tinggi. 

Menurut Forbes, 72 persen perusahaan kini telah menggunakan teknologi AI untuk meningkatkan setidaknya satu bagian dari operasional mereka.

Berita Rekomendasi

Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna AI terbanyak ketiga di dunia dengan menyumbang 1,4 juta kunjungan bulanan ke platform AI.

Teknologi OpenAI telah digunakan oleh 77% pengguna internet aktif di dalam negeri. 

Penggunaannya pun sangat beragam.

Misalnya saja, sektor perbankan di Indonesia memanfaatkan AI untuk membuat laporan keuangan, penilaian risiko, dan analisa kredit.

AI juga banyak digunakan pelaku bisnis untuk memantau compliance terhadap regulasi, memberikan insight investasi, melakukan riset pasar, dan menyadur bahasa secara efisien. 


Founder and CEO Geosquare, Benny Emor mengatakan salah satu yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau AI adalah Geosquare yang bisa memvisualisasikan data geospasial dalam bentuk 'kotak' pada peta.

Dengan cara itu data lebih mudah diakses, dipetakan, dan dianalisis untuk berbagai keperluan.

Sebagai contoh, seluruh wilayah Jakarta dapat divisualisasikan menjadi sekitar 264 ribu kotak yang masing-masing mewakili area seluas 50x50 meter. Setiap kotak ini dapat menyimpan informasi unik tentang area yang diwakilinya.

“Kami mengkompilasi data pemetaan terbaru dari berbagai sumber dan mengolahnya menjadi visual yang lebih kaya dan fleksibel. Data ini kami tawarkan kepada pemerintah maupun pelaku bisnis untuk melakukan pemetaan serta menemukan informasi penting, seperti kepadatan populasi, distribusi real estate, citra satelit, dan lainnya. Misi kami adalah menjadi ‘YouTube’ bagi data geospasial, sehingga semua pihak dapat dengan mudah memperoleh wawasan yang mereka butuhkan dan fokus pada area yang ingin mereka targetkan” kata Benny Emor dalam pernyataannya, Jumat(15/11/2024).

Sebagai contoh, saat ini salah satu dari tiga bank terbesar di Indonesia (konfidensial) menggunakan visualisasi peta dari Geosquare untuk meninjau calon debitur yang mengajukan pinjaman dengan agunan berupa properti.

Dengan peta Geosquare, bank tersebut dapat melakukan pemeriksaan properti secara digital dengan lebih mudah dan hemat biaya. 

Selain itu, peta Geosquare juga banyak digunakan oleh pemilik bisnis food and beverage untuk mendeteksi distribusi populasi dan memperkirakan pangsa pasar potensial yang dapat dicapai dengan pembukaan outlet baru.

Bisa Percepat Proses Pengajuan Viza

Di sisi lain, ada lagi SPUN yang tergolong startup inovatif menggunakan teknologi AI untuk mempercepat proses pengajuan visa dan izin tinggal, baik bagi individu maupun perusahaan.

Saat ini, SPUN melayani 198 kewarganegaraan untuk pengajuan visa masuk ke Indonesia dan juga melayani pengajuan visa bagi warga Indonesia ke lebih dari 70 negara. 

Dengan fitur-fitur seperti SPUN Chatbot Assistant, Commerce, dan Dashboard, pengguna dapat mengakses panduan visa, layanan pengajuan visa, serta verifikasi dokumen secara otomatis. 

“Salah satu inovasi utama yang kami lakukan dengan teknologi SPUN adalah mempercepat proses verifikasi. Yang sebelumnya bisa memakan waktu rata-rata 40 menit kini hanya memerlukan 3-4 menit untuk beberapa tipe visa. Kami juga memberikan jaminan uang kembali bagi pengguna jika visa mereka ditolak,” jelas Co-founder and CPO  SPUN, Dilla Anindita Purnawan .

Co-Founder and CEO SPUN Christa Sabathaly  menambahkan proses pengurusan visa adalah sesuatu yang kompleks dan memerlukan ketelitian tinggi. Khususnya bagi mereka yang sering berpergian, sangat merepotkan jika harus melakukan pengecekan ke berbagai website kedutaan yang tampilan dan navigasinya berbeda-beda dan kadang dalam perbaikan. Melalui SPUN, aplikan dapat melihat semua visa yang mereka butuhkan dalam satu tampilan.  

"Kami juga menyediakan berbagai layanan tambahan seperti asuransi perjalanan, penerjemahan dokumen resmi, pendirian perusahaan, pengurusan pajak, dan lainnya," ujarnya.

Sejak website SPUN Commerce diluncurkan di bulan Maret 2024, SPUN berhasil mencatatkan pertumbuhan bisnis sebesar 100% selama empat bulan berturut-turut, dengan proyeksi annualized revenue sebesar $500K U$D di akhir tahun 2024.

Dalam waktu dekat, SPUN berencana berekspansi ke negara lain di kawasan Asia Pasifik, yang  nilai pasar biaya visa yang diperkirakan lebih dari US$36 miliar dari jumlah 300 juta travellers setiap tahunnya.

Geosquare dan SPUN adalah dua alumni sukses dari program residensi Antler. Program intensif ini dirancang untuk membantu para founder startup dalam membangun pondasi bisnis yang solid dan produk digital yang matang dan berpotensi.

"Antler berkomitmen untuk mendukung para pendiri visioner seperti Geosquare dan SPUN yang memanfaatkan teknologi AI untuk mengatasi tantangan nyata," ujar Partner Antler Indonesia, Agung Bezharie Hadinegoro .

Sebagai investor pertama dengan rencana untuk terus mendukung perjalanan mereka, kami bangga menjadi bagian dari perjalanan pertumbuhan mereka dalam menciptakan dampak positif serta menciptakan standar baru dalam data geospasial dan solusi lintas batas.

“Antler adalah VC pertama yang menaruh kepercayaannya pada kami. Meskipun konsep bisnis Geosquare tergolong unik, Antler memahami misi besar kami. Dengan dukungan mereka, kami dapat mematangkan konsep dan memasarkan produk kami kepada pihak-pihak yang relevan,” ungkap Benny.

Dilla menambahkan dirinya sangat menghargai dukungan Antler pada program residensinya. Antler tidak hanya berinvestasi secara finansial, tetapi juga membantu kami menyempurnakan model bisnis. Bahkan, mereka menjadi salah satu pelanggan kami dan merekomendasikan SPUN kepada portofolio Antler lainnya.

Prestasi Geosquare dan SPUN sejalan dengan misi Antler untuk memberikan dukungan finansial, tetapi juga wawasan bisnis jangka panjang. 

Diharapkan, dukungan ini memungkinkan startup untuk menciptakan lapangan kerja baru, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, dan mendorong adopsi teknologi yang lebih maju.

Sejak berdiri pada 2018, Antler telah berinvestasi di lebih dari 800 startup di seluruh dunia, yang telah menciptakan lebih dari 6.000 lapangan kerja baru dan menyumbang lebih dari US$242 juta pada PDB tahunan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas