Anda Mendadak Jadi Caver Profesional di Buniayu
Anda akan diajak menjelajah seperti seorang caver sungguhan
Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dataran desa Kerta Angsana, Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat menyimpan 84 gua eksotis di bawah permukaannya. Demi memperkenalkan keindahan tersembunyi tersebut, dipilihlah Gua Cipicung, lantaran dianggap dapat mewakili keindahan seluruh gua tersebut, menjadi suatu kawasan wisata.
Ialah Ferry Saputra, pemandu dari Buniayu Adventure and Training sekaligus anggota Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI), yang menggagas dibukanya gua tersebut sebagai tempat wisata yang kini dikenal dengan sebutan Gua Buniayu. Diinspirasi dari ekspedisi Bapak Speleologi Indonesia, Dr Robby K T Ko, Ferry menyajikan wisata minat umum dan khusus di sana.
Pada tahun 1993 silam, wisata minat umum dan khusus mulai dibuka untuk umum kendati minat wisatawan masih cenderung kepada minat umum. Barulah, pada tahun 2010, wisatawan menginginkan suatu tantangan dalam kegiatan wisata dan mulai melirik minat khusus.
Konsep speleotourism diterapkan Ferry dalam wisata minat umum dan khusus. Selain rekreatif, sifat edukatif dilebur pula pada kegiatan caving di sana. Tak sekadar melintasi gua, paling tidak Anda diajak mengenal dan mengingat ragam penghuni gua yang begitu menakjubkan.
Dalam wisata minat umum, Anda diajak mengeksplorasi gua layaknya memasuki sebuah museum berisi mahakarya penuh pesona. Upaya yang dilakukan melalui wisata tersebut adalah agar wisatawan tak lagi beranggapan bahwa gua hanyalah tempat yang bau, kotor, gelap, dan menyeramkan.
Sementara itu, dalam wisata minat khusus, Anda akan diajak menjelajah seperti seorang caver sungguhan bersama tim pemandu. Sebuah petualangan tak terlupakan siap menyapa Anda di dalam gua.
"Dalam wisata minat khusus, wisatawan diajak masuk seperti seorang caver. Jadi, punya standar savety yang tinggi, punya SOP sendiri. Dalam sehari, wisatawan akan didandani seperti seorang caver profesional," tutur Ferry.
Penjelajahan minat khusus dilakukan bersama tim yang terdiri atas 5--10 peserta, ditambah pemandu, asisten, dan tim penyelamat. Jika dalam sehari terdapat lebih dari satu tim wisatawan minat khusus, penjelajahan akan diberi jarak waktu 5--15 menit agar tak terjadi penumpukan di lokasi-lokasi tertentu.
Keseluruhan tim pemandu Buniayu Adventure and Training berjumlah 20 orang. Tentunya, Anda tak perlu khawatir akan keamanan penjelajahan gua lantaran delapan pemandu di antaranya, termasuk Ferry, telah bersertifikat resmi.
Wisata minat khusus menyasar wisatawan berusia 25--35 tahun. Kendati demikian, anak berusia 13 tahun ke atas dan atau seseorang dengan berat bada minimal 35 kg diperbolehkan pula ikut serta dalam penjelajahan tersebut.
Dari keseluruhan wisatawan minat khusus yang kebanyakan berasal dari Jakarta, peserta penjelajahan termuda ialah seorang anak berusia sembilan tahun. Sementara itu, peserta paling tua ialah seorang ibu berusia 66 tahun.
Dalam sehari, Ferry juga membatasi jumlah wisatawan, yakni 100 peserta minat umum dan 50 peserta minat khusus. Wisata Gua Buniayu juga hanya dibuka pada akhir pekan, yakni Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Pasalnya, dituturkan Ferry, perlu pemikiran jangka panjang terkait kelestarian dan keberlangsungan gua dengan segala isinya hingga zaman anak-cucu nanti. Jika setiap hari gua dimasuki wisatawan, bukan tak mungkin keindahan dan pesona di dalamnya akan menjadi sekadar ingatan belaka di masa depan.
"Senin sampai Kamis kami libur. Biarkan biota yang di dalam itu tumbuh-kembang, beranak-pinak. Manusia itu membawa bakteri, bau, dan lainnya ke dalam lingkungan gua yang alami, berpotensi merusak. Maka, kita mesti arif bijaksana. Masa mau anak cucu nggak lihat keindahan dunia karena kesalahan kita hari ini?" papar Ferry.
Bicara mengenai pelestarian, jalanan di sekitar Gua Buniayu juga tampak begitu alami dan cukup sulit dilintasi mobil. Ferry mengaku sengaja membiarkan hal tersebut agar sistem resapan air tak terganggu dan berpengaruh pada kelestarian dan keindahan gua.
Sementara itu, dikatakan Ferry, Perum Perhutani sebagai pemilik kawasan karst Buniayu sempat salah langkah. Pada sekitar tahun 1990-an, mereka melakukan penebangan pohon di kawasan tersebut yang berpengaruh buruk bagi kelestarian gua.
Namun, kini langkah tersebut telah dihentikan. Perum Perhutani telah mendukung sepenuhnya peran Ferry dan tim dalam melestarikan kawasan Buniayu. Tak hanya itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun kini tengah turut bekerja sama demi mendukung dan mempromosikan wisata Gua Buniayu. (rgn)