Tour de Java 2016
Anda Mendadak Jadi Caver Profesional di Buniayu
Anda akan diajak menjelajah seperti seorang caver sungguhan
Dari keseluruhan wisatawan minat khusus yang kebanyakan berasal dari Jakarta, peserta penjelajahan termuda ialah seorang anak berusia sembilan tahun. Sementara itu, peserta paling tua ialah seorang ibu berusia 66 tahun.
Dalam sehari, Ferry juga membatasi jumlah wisatawan, yakni 100 peserta minat umum dan 50 peserta minat khusus. Wisata Gua Buniayu juga hanya dibuka pada akhir pekan, yakni Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Pasalnya, dituturkan Ferry, perlu pemikiran jangka panjang terkait kelestarian dan keberlangsungan gua dengan segala isinya hingga zaman anak-cucu nanti. Jika setiap hari gua dimasuki wisatawan, bukan tak mungkin keindahan dan pesona di dalamnya akan menjadi sekadar ingatan belaka di masa depan.
"Senin sampai Kamis kami libur. Biarkan biota yang di dalam itu tumbuh-kembang, beranak-pinak. Manusia itu membawa bakteri, bau, dan lainnya ke dalam lingkungan gua yang alami, berpotensi merusak. Maka, kita mesti arif bijaksana. Masa mau anak cucu nggak lihat keindahan dunia karena kesalahan kita hari ini?" papar Ferry.
Bicara mengenai pelestarian, jalanan di sekitar Gua Buniayu juga tampak begitu alami dan cukup sulit dilintasi mobil. Ferry mengaku sengaja membiarkan hal tersebut agar sistem resapan air tak terganggu dan berpengaruh pada kelestarian dan keindahan gua.
Sementara itu, dikatakan Ferry, Perum Perhutani sebagai pemilik kawasan karst Buniayu sempat salah langkah. Pada sekitar tahun 1990-an, mereka melakukan penebangan pohon di kawasan tersebut yang berpengaruh buruk bagi kelestarian gua.
Namun, kini langkah tersebut telah dihentikan. Perum Perhutani telah mendukung sepenuhnya peran Ferry dan tim dalam melestarikan kawasan Buniayu. Tak hanya itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun kini tengah turut bekerja sama demi mendukung dan mempromosikan wisata Gua Buniayu. (rgn)