Pilih Salah Satu: KBS Itu Mau Dijadikan Rumah Satwa yang Nyaman atau Museum Hewan?
Bagaimana KBS bisa menjadi tempat wisata fauna yang menarik kalau pengelolaannya terus berkonflik? Mau jadi kebun binatang atau museum hewan?
Penulis: Agung Budi Santoso
Tony Sumampau saat curhat mengenai konflik pengelolaan KBS di markas Tribunnews.
Paparan tentang KBS sebelum dan sesudah dikelola TPS KBS
Paparan tentang KBS sebelum dan sesudah dikelola TPS KBS
TRIBUNNEWS.COM - "Silakan pilih salah satu: Kebun Binatang Surabaya (KBS) itu mau dijadikan rumah yang nyaman bagi satwa-satwa, atau mau dijadikan museum hewan?"
Pertanyaan itu dilempar oleh Tony Sumampau, Sekjen Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBI) saat curhat di markas Tribunnews.com di kawasan Palmerah Selatan, Kamis (4/12/2014).
Tony melempar pertanyaan itu karena pusing berat tiga tahun memikul amanah mengurus Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang penuh dengan manuver, intrik, dan menjatuhkan. "Saya itu kerja keras membenahi KBS, jelas-jelas hasilnya kelihatan, bukannya dihargai malah dituduh macam-macam. Sampai digugat segala," curhat Tony Sumampau.
Amanah yang dia maksud adalah tugas dirinya bersama sejumlah orang yang tergabung dalam Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS. Tim yang bekerja pada Maret 2010 itu harus berakhir (dihentikan tugasnya) pada Juli 2013. Penyebabnya karena pihak TPS KBS dituding melakukan perdagangan hewan.
"Padahal kita memindahkan sejumlah hewan ke alam bebas, terutama jenis unggas yang jumlahnya sudah melebihi kapasitas KBS," tuturnya. Pilihan memindahkan hewan bagi pihaknya ada dua, yakni diserahkan ke lembaga konservasi atau dilepaskan ke alam bebas.
"Tapi TPS KBS malah dituding melakukan perdagangan hewan. Mana buktinya?" tuturnya. Tony juga mengaku digugat oleh 'orang-orangnya' Walikota Surabaya, Tri Risma Harini. Salah satu yang mereka permasalahkan adalah peremajaan sangkar-sangkar hewan, termasuk kandang harimau.
Padahal, menurut Tony, pihaknya bermaksud menjadikan kandang harimau lebih nyaman. Masalah yang sama dia terima ketika melakukan pembenahan kandang gajah. Kandang diperluas untuk membuat gerak hewan lebih leluasa. Sebelumnya, seekor gajah ditemukan tinggal dalam kandang berukuran 1 kali 5 meter.
"Akibatnya dia nggak bisa bergerak bebas. Muter badan aja nggak bisa. Bisanya cuma maju dan mundur. Nah, ini lebih parah dari penjara," curhatnya. Tapi ketika pihak TPS KBS membongkar dan membenahi kandang-kandang satwa yang terlalu sempit, malah diperkarakan dengan tuduhan menghapus jejak sejarah KBS sebagai warisan zaman kolonial Belanda.
"Kami hanya punya maksud mensejahterakan hewan dengan memberikan kandang yang nyaman. Kalau diperkarakan dari sisi itu (menghapus sejarah), KBS dijadikan museum hewan saja," ujarnya, sentimentil.
Anggota TPS KBS lainnya, Rahmat Shah, memaparkan, tingginya kematian hewan juga lantaran salah memberi makan. "Masak di dalam perut jerapah ditemukan berkilo-kilogram plastik?" tanyanya. Itu terjadi pada kasus-kasus kematian hewan yang terjadi sebelum TPS KBS mengambilalih pengelolaan, atau sebelum 2010.
Sebelum TPS masuk, pakan-pakan untuk hewan herbivora (pemakan daun) diambil dari rawa-rawa di daerah Wonokromo. Padahal di rawa tersebut airnya sangat keruh dengan tingkat polusi merkuri tinggi. "Pantas saja banyak yang mati," kata Tony. Setelah TPS masuk, pakan-pakan hewan diambilkan dari daerah peternakan sapi di kawasan Pujon, Malang. Tentu harga pakan dan biaya kirimnya mahal. "Tapi itu kami lakukan demi kesejahteraan satwa," tuturnya.
Kini orang-orang TPS malah berhadapan dengan kubu Tri Rismaharini yang terus menyudutkan dengan mempersoalkan isu pemindahan hewan. "Sekarang lihat saja, setelah KBS diambilalih kelolanya oleh Pemkot, apa yang terjadi?" tanyanya.
Bukti Kinerja Keuangan
Tony Sumampau bertutur, ketika KBS diambilalih pengelolaannya oleh TPS KBS pada Maret 2010, hanya mewarisi kas keuangan sebesar Rp 86 juta.Itu pun habis buat menggaji karyawan.
Sementara tiga tahun dalam pengelolaan TPS KBS, pihaknya mencetak omzet hingga rata-rata Rp 1,4 Miliar per tahun dari tiket masuk pengunjung.Menurut Tony, ini satu bukti bahwa peningkatan omzet dari kenaikan jumlah pengunjung KBS berbanding sejajar dengan hasil penataan kebun binatang yang sering disorot media-media asing sebagai kebun binatang terkejam di dunia itu (sebelum 2010). "Nah, pemasukan sebesar itu kami kembalikan ke kesejahteraan satwa. Pakannya diperbaiki, kandangnya dibuat nyaman.Meski untuk semua itu, kami harus 'membayar mahal' risikonya, yakni diperkarakan dan dituduh macam-macam," curhatnya. (Agung BS)