Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Manisnya Dodol Kandangan yang Dimasak di Kawah

TAK hanya dikenal karena ketupat, Kandangan, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan pun dikenal karena dodol

Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Manisnya Dodol Kandangan yang Dimasak di Kawah
KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA
Pengemasan dodol khas Kandangan 

Pengemasan produk diperhatikan betul karena itu termasuk faktor yang diperhatikan konsumen. Dodol Ibu Mita juga menawarkan banyak rasa, yakni kacang, durian, nangka, kelapa muda, pandan, wajik, kasirat (parutan kelapa muda), dan rasa asli. Rasa asli adalah dodol dengan bahan baku utama, yaitu beras ketan dan gula aren. Rasa dodol itu manis dan gurih.

Bungkusan dodol pun dibuat beragam agar menarik, mulai kemasan plastik yang berisi satu lembar dodol hingga kemasan dalam plastik stoples segi empat. ”Namun yang terpenting, adalah rasa. Tanpa bahan pengawet dan hanya pakai santan asli, dodol akan terasa enak,” ucap Laila.

Perintis

Produsen dodol lain, yaitu Hj Hamdanah (43), membuat dodol di Desa Telaga Bidadari, Kecamatan Sungai Raya. Lokasinya sekitar 1 kilometer dari tempat produksi dodol Ibu Mita. Ia memberi nama dodolnya Berkat Shalawat. Nama ini baru dipakai beberapa bulan. Nama sebelumnya adalah Dodol Mama Alfi, yang sebenarnya lebih dikenal.

Siang itu rumah Hamdanah juga ramai. Dia bersama tiga karyawannya berada di ruang tengah, sedang memotong adonan dodol yang sudah dingin, dan mengemasnya dalam plastik bening. Di sudut ruangan itu tampak 10 baskom plastik berisi adonan dodol jadi yang belum dipotong. Sehari, Hamdanah bisa membuat dodol hampir 300 kilogram.

”Ini dodol asli bahannya. Tanpa bahan pengawet, dodol hanya tahan maksimal sebulan. Sebaiknya dodol jangan disimpan di kulkas. Letakkan saja di ruang terbuka atau dimasukkan ke stoples,” ujar Hamdanah.

Dodol asal Kandangan punya sejarah panjang. Hamdanah mengklaim keluarganya yang merintis pembuatan dodol di Kandangan. Neneknya mengawali membuat dodol, puluhan tahun silam. Resep keluarga pun diturunkan hingga ke Hamdanah. Dari resep keluarga inilah lalu dodol menyebar setelah dibawa pekerja yang memilih keluar dan membuak usaha sendiri atau pada pemodal lain.

Berita Rekomendasi

”Dahulu nenek membuat yang belum ada mereknya. Dulu mana berpikir soal merek. Setelah berkembang, barulah perlu merek. Ternyata usaha keluarga ini menginspirasi warga Kandangan lainnya,” ujar Hamdanah.

Salah satu yang tidak memasang plang nama adalah produsen Dodol Nabila yang dibuat Mohammad Nur (30). Papan nama di depan rumahnya malah bertuliskan H Zaini.

”Itu nama bapak saya. Bapak yang mengolah kacang untuk dodol buatan saya. Saya tak memasang plang nama di depan rumah karena bagi kami yang penting orang tahu dodol bikinan kami,” ungkap Nur, yang mengawali usaha tahun 2004. (Lukas Adi Prasetya/ Jumarto Yulianus/Agus Mulyadi)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas