Kelenteng Soetji Nurani dan Karta di Banjarmasin, Wisata Religi Budha Sekaligus Simbol Toleransi
Meski mayoritas muslim, kota Banjarmasin juga diwarnai wisata religi Budha lewat kelenteng-kelentengnya yang artistik.
Editor: Agung Budi Santoso
Dulu, kelenteng Po An Kiong dibangun di bantaran sungai Martapura, dekat Pasar Harum Manis.
"Karena terbakar, lalu bangunan barunya dialih ke lokasi yang sekarang ini," bebernya.
Sementara kelenteng Soetji Nurani sejak dulu beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean.
Tiga Kali Renovasi
Kelenteng Soetji Nurani ini sudah tiga kali renovasi.
Alamatnya pun sengaja di dekat Jalan Veteran yang sejak dulu menjadi pusat kediaman orang-orang Cina di Banjarmasin.
Orang Cina dulu banyak bermukim di Jalan Veteran sehingga sering disebut pacinannya Banjarmasin.
Hingga sekarang pun masih, namun jumlahnya sudah berkurang karena sudah banyak yang membaur dengan warga dari etnis lainnya.
"Orang Cina di sini kenapa pusatnya di Jalan Veteran, karena orang Cina itu senang berdagang. Menjadi pedagang, pebisnis itu memang sudah pekerjaan keturunannya orang Cina sejak dulu. Di Veteran ini, di masa lalu adalah pusat bisnisnya Banjarmasin. Banyak toko dan jenis usaha berpusat di jalan ini, makanya orang Cina senang tinggal di Jalan Veteran," bebernya.
Kedua kelenteng ini, jika diperhatikan posisi bangunannya dekat dengan sumber air seperti sungai.
Ternyata, hal ini bukan sembarang posisi, tetapi ada makna simbolisnya dalam keyakinan kuno orang Cina.
Kelenteng Karta Raharja alias Po An Kiong dulu pertama dibangung di dekat Pasar Harum Manis, di tepi Sungai Martapura sebelum terbakar dan dipindah ke lokasinya yang sekarang di Jalan Niaga, Banjarmasin.
Di masa lalu, kondisi Jalan Niaga tak terlalu padat sehingga posisi kelenteng bisa dikatakan masih dekat dengan sungai.