Namanya Sate Kere Yogyakarta, Tapi Bumbu dan Dagingnya Mewah
Dalam bahasa Jawa, kere berari miskin. Walaupun mempunyai nama kere, tetapi rasa dari hidangan ini jauh dari kata kere.
Editor: Mohamad Yoenus
Meskipun tidak direbus, daging sate kere cukup empuk. Penggunaan gula jawa menjadikan rasa sate ini didominasi manis gurih, khas cita rasa Yogyakarta.
Sate kere tersebut disajikan bersama lontong yang disiram dengan sayur tempe berkuah santan.
Sayur tempe tersebut memiliki rasa yang cukup pedas sehingga sangat cocok disantap bersama sate sapi yang berasa manis gurih.
Sajian Sate Kere dengan lontong dan sayur tempe, di Jalan Goden km 7, Dusun Gesikan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Goden, Kabupaten Sleman. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Setiap harinya warung Sate Kere Mbah Mardi buka mulai pukul 17.00 hingga pukul 23.00 WIB.
Karena selalu diserbu pembeli, warung tersebut lebih sering tutup sebelum jam 23.00 karena dagangannya telah ludes terjual.
Setiap harinya Samijo menghabiskan tujuh kilogram daging sapi, dan 25 kilogram beras untuk membuat lontongnya.
Sate Kere, di Jalan Goden km 7, Dusun Gesikan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Goden, Kabupaten Sleman. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Samijo menceritakan usaha yang saat ini digelutinya tersebut merupakan warisan dari bapaknya (Mardi) yang telah berjualan sate kere sejak tahun 1985.
"Dulu bapak saya jualannya keliling, dan harganya sekitar Rp 250 rupiah tiap porsinya," ujarnya.
Saat ini harga satu porsi Sete Kere Rp 7.000 dengan lima tusuk sate tiap porsinya.
Untuk minumnya ada teh dan jeruk dengan harga Rp 2.000 tiap gelasnya, baik hangat maupun dingin.
Lokasi warung sate ini berada di sebelah barat kota Yogyakarta. Jika dari Tugu Yogyakarta anda bisa mengarahkan kendaraan Anda lurus ke arah barat hingga menemukan jalan Godean, dan terus ke barat hingga sampai kilometer ke tujuh.