Klenteng Tjong Hok Kiong, Berdiri Tahun 1863, Cikal Bakal Warga Tionghoa di Sidoarjo
Klenteng ini terletak di Jalan Hang Tuah, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Setiap daerah, selain memiliki kekhasan budaya masing masing, biasanya mempunyai tempat peribadatan bersejarah.
Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, misalnya, memiliki banyak tempat peribadatan Tionghoa atau biasa disebut klenteng.
Salah satu klenteng tertua di Sidoarjo yang hingga sekarang masih terawat secara baik adalah tempat peribadatan Tri Dharma atau dikenal dengan Klenteng Tjong Hok Kiong.
Klenteng ini terletak di Jalan Hang Tuah, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
Klenteng ini terletak di Jalan Hang Tuah, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. (Surya/Wiwit)
Bagi umat Khong Hu Chu yang tinggal di Sidoarjo dan sekitarnya, klenteng ini banyak memberikan hal positif, sebagai tempat beribadah maupun tempat bersosialiasasi.
Letak klenteng ini berada di antara pemukiman warga yang mayoritas adalah muslim.
Namun karena rasa toleransi antarwarga yang sangat tinggi, warga Tionghoa ini dapat beribadah dengan khusus di klenteng ini.
Seiring perkembangan Sidoarjo, klenteng yang didirikan pada Tahun 1863 ini juga banyak memberikan andil.
Sing Diyanto atau akrab di panggil Ko Sing, petugas yang diberi tanggung jawab merawat klenteng ini mengatakan, Klenteng Tjong Hok Kiong ini banyak didatangi umat Khong Hu Chu dari berbagai daerah di wilayah Sidoarjo dan sekitarnya, seperti Pasuruan, Gresik, Mojokerto maupun dari luar pulau.
Seperti bangunan klenteng kebanyakan , arsitektur dari Klenteng Tjong Hok Kiong ini juga bernuansa khas bangunan klenteng, dengan gapura yang besar dan menjulang tinggi.
Dibagian dalam bangunan klenteng dibagi dua sebagai tempat sembayang dan sebagai lobi serta ruang kantor pengelola.
Kebersihan klenteng ini juga selalu diperhatikan, Ko Sing bersama sejumlah rekannya setiap pagi dan malam hari bergantian membersihkan klenteng, baik ruangan maupun patung dewa dewa yang ada di dalam klenteng.
Patung dewa di dalam Klenteng Tjong Hok Kiong. (Wiwit/Surya)
”Kalau bersih orang beribadah kan nyaman dan khusuk,” kata Ko Sing.
Klenteng ini terletak persis di tepi sungai Pucang, yang alirannya bermuara hingga ke laut.
Menurut Ko Sing, ada kaitan lokasi klenteng dengan aliran sungai.
Zaman dulu banyak pedagang dari China yang keluar masuk ke Sidoarjo melalui jalur sungai ini.
“Mereka pedagang-pedagang China yang berdagang ke Sidoarjo ini melalui sungai di depan klenteng, mereka juga berkumpul dan sebagian tinggal di sekitar sini, hingga mendirikan tempat peribadatan disini,” paparnya.
Tak heran bila saat ini kawsan Jalan Hang Tuah dan Jalan Gajahmada yang berada tidak jauh dari lokasi klenteng ini banyak dihuni warga keturunan.
Bisa jadi memang mereka adalah para pendatang dari China yang sudah turun temurun dan menetap di kawasan ini.
Klenteng ini buka sejak pagi pukul 06.00 hingga pukul 20.00.
Banyak kegiatan di klenteng ini misalnya saat sembayang bulan atau tong ciu pia, termasuk ulang tahun Mak Co, salah satu dewa yang menjadi tokoh penting khususnya di klenteng Tjong Hok Kiong.