Menyusuri 'Jalur' Mie Jawa di Parangtritis, Yogyakarta, Bakmi Nggeno yang Paling Legendaris
Jika Anda bertandang ke Yogyakarta ada jalan yang menghubungkan pusat kota Yogyakarta dengan Pantai Parangtritis. Jalur itu disebut jalur bakmi Jawa
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Bakmi Jawa merupakan kuliner favorit di Yogyakarta, sehingga tidak heran penjaja makanan ini sangat mudah ditemukan, mulai kota hingga pelosok desa.
JikaAnda bertandang ke Yogyakarta ada sebuah jalan yang menghubungkan pusat kota Yogyakarta dengan daerah obyek wisata Pantai Parangtritis.
Sepanjang jalan tersebut terdapat puluhan pedagang bakmi Jawa.
Tidak heran jika sepanjang jalur yang bernama jalan Parangtritis tersebut dijuluki jalur bakmi Jawa.
Di antara puluhan pedagang bakmi jawa di jalur tersebut, brand Bakmi Nggeno merupakan yang legendaris. (Tribun Jogja/Hamim)
Di sepanjang jalur mulai dari Pojok Beteng Wetan Yogyakarta hingga wilayah Bantul, setidaknya terdapat 40an warung Bakmi Jawa.
Eksistensi Bakmi Jawa ini setidaknya dibuktikan oleh keluarga Atmo Pawiro alias Nggeno.
Nama alias tersebut kemudian akrab di kalangan penikmat Bakmi Jawa hasil olahan keluarga asli Yogyakarta itu.
Para pemburu kuliner ini pun menyebutnya sebagai "Bakmi Nggeno".
Mengawali usahanya di tahun 1940, Nggeno sebenarnya memiliki warung pertamanya di wilayah Mantrijeron. Merintis selama lebih kurang 20 tahun,
Bakmi Nggeno akhirnya pindah ke Prawirotaman, tepatnya depan pasar, di Jalan Parangtritis.
Di jalur utama menuju sejumlah pantai wilayah Bantul itu lah Nggeno "berekspansi" di beberapa titik.
Kini, Bakmi Jawa dengan "brand" Nggeno setidaknya ada tujuh di sepanjang Jalan Parantritis tersebut.
Salah satu putra dari Atmo Pawiro yang meneruskan usaha berjualan bakmi jawa adala Sulis. Anak kesembilan Atmo Pawiro tersebut kini membuka warung bakmi jawa di Jalan Parangtritis km 17 Dusun Butuh, Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul.
Tepatnya, sesuai lokasinya Bakmi Sulis Nggeno juga akrab disebut Bakmi Sempalan Pundong karena berada di barat jalan Simpang Pundong.
Pengunjung lahap menyantap hidangan bakmi jawa. (Tribun Jogja/Hamim)
Menurut Sulis, dia berjualan sejak 16 tahun lalu. Kekhasan masakan Bakmi Nggeno adalah rasa gurihnya. Bumbunya pun warisan ayahnya, yang diproses dengan cara ditumbuk.
"Hal lain yang membuat bakmi Nggeno gurih adalah penggunaan ayam kampung betina sebagai bahan untuk membuat kaldunya. Rasanya akan beda jika menggunakan ayam pejantan," ujarnya.
Menu yang dihadirkan Bakmi Sulis Nggeno layakanya warung bakmi jawa lainya seperti bakmi goreng, bakmi godog (rebus), nasi goreng, dan magelangan (nasi goreng yang dicampur bakmi).
Menempati warung sederhana yang diapit oleh hamparan sawah, Sulis biasa melayani pembelinya dari pukul 14.00 hingga dagangannya habis.
Tetapi jika ingin menikmati sensasi bakmi Nggeno, sebaiknya anda jangan datang terlalu malam, karena kemungkinan sudah habis diserbu pelanggannya.
Dalam sehari Sulis bisa menghabiskan tujuh hingga sembilan ekor ayam kampung.
Untuk harga, satu porsi makanan selain rica-rica dibandrol Rp. 13 ribu. Sedangkan untuk rica-rica harganya Rp. 25 ribu sudah termasuk nasi putih dan minum.
Untuk minumannya sendiri, warung tersebut menyediakan wedang tape, teh, jeruk, dan beberapa jenis minuman lainnya, dan harganya hanya Rp. 3 ribu.
Bakmi Sulis Nggeno adalah warung bakmi paling selatan jika dibanding warung Bakmi Nggeno lainya.
Yang paling utara adalah warung bakmi Nggeno yang dimiliki oleh anak keempat Nggeno dengan warung bakmi Sus Nggeno.
Bergeser sedikit ke selatan, lokasi Bakmi Nggeno di Prawirotaman yang dulu menjadi cikal bikal bakmi Nggeno kemudian dilanjutkan oleh anak nomor dua yaitu Harjo.
Pengunjung warung ini pun mengenalnya dengan sebutan Bakmi Harjo Nggeno.