Puluhan Turis Disambut Tarian Dayak di Desa Teras Baru Kaltim
Balai adat yang didirikan warga Dayak Kenyah Lepuk Tepu kedatangan puluhan wisatawan mancanegara.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNNEWS,COM, BULUNGAN - Suasana pagi itu, di Balai Adat Pemung Tawai Desa Teras Baru, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, tampak berbeda dari biasanya.
Balai adat yang didirikan warga Dayak Kenyah Lepuk Tepu itu kedatangan puluhan wisatawan mancanegara.
Menggunakan dua perahu speedboat dari Kota Tarakan mereka menepi di desa tersebut.
Kedatangan mereka yang berjumlah 55 orang tersebut untuk menyaksikan ragam budaya dan seni warga setempat.
Turis-turis asing itu di antaranya ada yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, Belanda, Inggris, dan Jerman.
Saat mereka tiba di Balai Adat Pemung Tawai, sekitar pukul 09.00 Wita, para wisatawan disuguhi pertunjukkan tarian khas dayak, yang dilakukan secara berkelompok.
Seperti ada Tarian Belian, Kiripsui, dan Kikan.
Para pria desa itu pun unjuk kebolehan lewat Tarian Datung Julut, yang menggambarkan keperkasaan seorang pria dalam berperang mempertahankan hidup.
Yang tidak kalah hebohnya, kala ada tarian Pemontawai, beberapa turis yang hadir di balai adat itu diajak untuk bergerak bersama, menari membentuk gerakan melingkar sambil berjalan perlahan-lahan.
“Luar biasa. Ini pengalaman yang pertama bagi saya datang ke sini. Tempat yang indah. Kaya ragam budayanya. Terima kasih pada warga yang telah menyuguhkan,” ujar Simon Nayyar, kepada Tribun Kaltim, yang merupakan warga London Inggris, Senin lalu.
Pengiring musik dalam setiap tarian tersebut bukan berasal dari keyboard elektronik, namun asli dari permainan alat-alat musik tradisional khas Dayak yang modelnya menyerupai kulintang.
Penonton yang hadir pun bisa menyaksikan langsung permainan musik tersebut.
Di sela-sela pertunjukkan tarian, para turis pun disuguhi makanan lokal desa dengan menu jagung rebus, ubi rebus, singkong rebus, pisang rebus dan minuman teh yang dikemas dalam gelas yang terbuat dari pohon bambu hijau.
Mathius Lalo (56), Kepala Adat Desa Teras Baru menuturkan, masyarakat Desa Teras Baru sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan masih mempertahankan budaya leluhurnya.
“Kami merasa senang ada kedatangan tamu (turis). Desa kami sangat terbuka, bagi siapa saja (turis) bisa datang ke sini,” kata pria kelahiran Apaukayan, Malinau ini.
Secara sosial budaya, warga yang menghuni di Desa Teras Baru asal-usulnya datang dari daerah Apaukayan, Malinau yang masuk dalam Dayak Kenyah Lepuk Tepu. Disebut Teras, karena saat itu Kesultanan Bulungan dahulunya menyebut daerah Teras.
“Kami warga Dayak Kenyah Lepuk Tepu pindah ke sini (Desa Teras Baru) sekitar 30 tahun yang lalu. Kami di sini sudah berkembang, berketurunan dan hidup bergantung pada bertani,” ungkapnya.