Meneropong Bintang di Observatorium Bosscha di Lembang Makin Terusik Polusi Cahaya
Observatorium Bosscha di Lembang Jawa Barat makin terusik polusi cahaya. Akibatnya, aktivitas meneropong tata surya makin terusik.
Editor: Agung Budi Santoso
Mereka membuat sendiri tudung itu di bengkel Observatorium Bosscha. Upaya ini berjalan sejak tiga bulan lalu dan kini sudah sekitar 600 tudung yang terpasang. ”Kami jalan sendiri setiap Jumat, mendatangi rumah warga untuk minta izin pemasangan tudung. Syukur banyak yang bersedia,” kata Mahasena.
Dana untuk pengadaan tudung itu berasal dari tarif kunjungan wisatawan Rp 20.000 per orang.
Dalam setahun, Mahasena hanya membatasi sekitar 60.000 pengunjung. Observatorium Bosscha sebenarnya bukan obyek wisata karena tugas pokoknya adalah untuk penelitian dan pendidikan.
Namun, karena berada pada lintasan obyek wisata, seperti Lembang dan Gunung Tangkubanparahu, tak sedikit wisatawan yang kemudian mampir ke tempat ini.
Terlebih setelah muncul film Petualangan Sherina yang dalam salah satu adegannya mempertontonkan observatorium ini.
Mahasena dibantu beberapa mahasiswa ataupun alumnus astronomi ITB sebagai pemandu sekaligus penerima kunjungan. Mereka menjelaskan cara kerja teropong, tugas pokok, serta sejarah Observatorium Bosscha.
Dan, tentu saja, mengajak meneropong bareng. Mereka meneropong sambil mengingat jasa Bosscha.
Administrator kebun teh
Observatorium Bosscha merupakan salah satu jejak kedermawanan Karel Albert Rudolf Bosscha, administrator perkebunan teh di Malabar, Bandung selatan, sekaligus Ketua Nederlandsch Indische Sterrenkundige (NISV), semacam perkumpulan para peminat astronomi.
Suatu kali pada tahun 1920, mereka berkumpul di Hotel Savoy Homann dan memutuskan membangun observatorium di Bandung. Bosscha menyumbang alat teropong tercanggih kala itu.
Bosscha mendukung proyek tersebut karena teringat pesan mendiang ayahnya yang seorang profesor sejarah dan sastra, Johannes Bosscha.
Ayahnya berpesan agar anaknya kelak mengabdikan sebagian hidup dan harta demi kemajuan astronomi. Bosscha lahir dalam keluarga yang mengabdikan hidup bagi keilmuan.
Warga menyaksikan Lintasan Venus di Bosscha Lembang, Rabu (6/6/2012). (Tribun Jabar/M. Syarif Abdusalam)
Dibantu astronom J Voute, Bosscha mendapatkan teropong reflektor dobel Zeiss sepanjang 11 meter dan berdiameter 60 cm dengan berat 17 ton.
Dalam buku Jendela Bandung: Pengalaman BersamaKompas (2008), Her Suganda menulis, Voute kelak menjadi orang pertama yang memimpin peneropongan bintang di observatorium ini.