Meneropong Bintang di Observatorium Bosscha di Lembang Makin Terusik Polusi Cahaya
Observatorium Bosscha di Lembang Jawa Barat makin terusik polusi cahaya. Akibatnya, aktivitas meneropong tata surya makin terusik.
Editor: Agung Budi Santoso
Teropong diletakkan di dalam rumah teropong berbentuk bulat dengan puncak seperti kubah berdiameter 14,5 meter.
Bangunan ini berdiri antara lain berkat bantuan perusahaan kereta api Staatspoor. Observatorium ini diresmikan pada tahun baru 1923, tapi belum bernama Observatorium Bosscha.
Setelah itu, Bosscha menyumbang lagi teleskop Bamberg berdiameter 70 cm. Pemerintah Belanda yang mendukung pembangunan observatorium itu pun menyumbang dana 18.000 gulden.
Observatorium ini sangat strategis karena dapat meneropong benda-benda langit di bagian selatan dan utara. Lebih penting lagi, teropong bintang ini diapit oleh observatorium Afrika Selatan dan Australia.
Tak lama berselang, Bosscha menunggang kuda di perkebunan tehnya.
Dia terjatuh lalu terkena tetanus pada kakinya dan meninggal. Jasadnya dikebumikan di Malabar. Untuk mengenang jasanya, observatorium itu diberi nama Observatorium Bosscha.
Observatorium ini terus berkembang dan kini memiliki sedikitnya 11 teleskop, termasuk teleskop hilal dan Unitron.
Namun, Teleskop Zeiss sumbangan Bosscha tetap menjadi favorit pengujung lantaran ukurannya jumbo.
Kini, Bosscha harus menyibak lautan cahaya yang menyembunyikan indahnya untuk membidik jutaan bintang di jagat raya. (Mohammad Hilmi Faiq)