Kenalkan, Ini Destinasi Wisata Andalan dan Kuliner Khas Kabupaten OKU Timur, Sumsel
Pengunjung yang ingin menikmati indahnya aliran sungai dan gemericik air bisa melalui jalan provinsi menuju ke Belitang untuk tiba di Bendung Perjaya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Evan Hendra
TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki potensi wisata yang tidak kalah menarik dibanding daerah lain.
Salah satunya Bendung Perjaya yang terletak di Desa Perjaya, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur.
Sejumlah warga memetik buah duku di Agrowisata di Kabupaten OKU Timur Sumsel. (Sriwijaya Post/Evan Hendra)
Bendungan ini sejatinya dibangun untuk mengairi ribuan hektare lahan persawahan petani dengan memotong aliran Sungai Komering.
Namun belakangan, keberadaannya membawa keasrian, kemakmuran serta kehijauan daerah OKU Timur.
Bagi masyarakat baik yang berasal dari Provinsi Sumsel maupun luar Sumsel yang ingin berkunjung dan mengabadikan gambar Bendungan Perjaya hanya berjarak sekitar 4 kilometer dari poros Jalan Lintas Tengah (Jalinteng) Kotabaru.
Pengunjung yang ingin menikmati indahnya aliran sungai dan gemericik air bisa melalui ruas jalan provinsi menuju ke wilayah Belitang untuk tiba di Bendung Perjaya.
Selain bisa menikmati keindahan sungai, pengujung juga bisa membawa pulang ikan-ikan asli Sungai Komering mulai dari Seluang, Baung dan ikan-ikan khas komering lainnya yang dijual disepanjang Bendung Perjaya yang dihasilkan oleh masyarakat dari menjaring.
Selain Bendung Perjaya, masyarakat yang ingin melihat wisata OKU Timur juga bisa menikmatinya di wilayah Villamasin Mendah, Kecamatan Jayapura.
Di lokasi tersebut terdapan sejumlah wisata alam seperti air terjun, pemandian air panas dan wisata alam lainnya.
Sayangnya, lokasi wisata di daerah tersebut sangat sulit dijangkau untuk kendaraan roda empat.
Lokasi tersebut hanya bisa dilalui menggunakan kendaraan roda dua.
Hal itulah yang menjadikan potensi wisata di lokasi tersebut masih tetap asri karena selain masyarakat sekitar, pengujung objek wisatanya hanya para crosser yang sedang nge-trail.
“Lokasinya tidak terlalu jauh. Namun jalannya membuat lokasinya jauh. Jika menggunakan mobil, maka bisa saja berhasil sampai namun tidak berhasil pulang. Atau bahkan tidak berhasil kedua-duanya. Jalanannya tidak memungkinkan untuk dilalui,” ungkap Daruz, warga Jayapura.