Menikmati Keindahan Batuan Vulkanik di Lava Bantal Berbah
Di lokasi ini siapapun yang datang akan dimanjakan dengan suara gemericik aliran sungai berhulu di kaki Gunung Merapi itu.
Editor: Mohamad Yoenus
Sehingga tidak heran yang berkunjung di sini akan betah menikmati nuansa asri tersebut.
Lava Bantal di aliran sungai Opak Dusun Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Yogyakarta. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
“Di sini view-nya bagus, lain dari lokasi wisata lainnya. Apalagi jauh dari kebisingan sehingga cocok untuk relaksasi,” ungkapnya.
Kendati demikian Dianita menyayangkan tidak terawatnya lokasi yang layak dijadikan obyek wisata tersebut.
Hal ini terlihat dari banyaknya sampah yang berserakan lantaran tidak tersedianya tempat sampah.
“Fasilitas yang tersedia juga belum memadahi. Seperti jembatan penghubung yang sudah reot dan dibawahnya tidak ada tiang penyangga, sehingga saat melintas harus hati-hati. Apalagi jika banyak orang berjalan di atasnya, jembatan bergoyang dan melengkung ke bawah,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya pemerintah setempat semestinya mempermudah akses ke lokasi tersebut.
Dengan demikian, warga yang akan berkunjung menjadi lebih mudah.
Kawasan Lava Bantal di aliran sungai Opak Dusun Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Yogyakarta. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
“Saya tahu lokasi ini dari teman saya, tapi untuk kesini cukup sulit karena tidak ada penunjuk jalan,” katanya.
Sekretaris Kecamatan Berbah, Setiharno mengatakan selain menjadi obyek wisata alam yang unik, Lava Bantal juga seringkali dijadikan obyek penelitian untuk kepentingan studi.
Keunikan batuan lava di aliran Sungai Opak itu lantaran terbentuk dari lelehan lava Gunung Merapi yang membeku kontak langsung dengan air dan menyebabkan mineralnya membentuk geometri mirip tumpukan bantal.
“Usia pembentukan Lava Bantal sendiri diperkirakan sudah lebih dari 30 juta tahun lalu. Banyak yang datang untuk penelitian di sini, paling sering dari UPN,” ujarnya.
Kawasan Lava Bantal di aliran sungai Opak Dusun Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Yogyakarta. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Setiharno mengatakan meski sudah sering dikunjungi sebagai obyek wisata maupun lokasi penelitian ilmiah, pengelolaan Lava Bantal masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah.
Termasuk penyedian fasilitas umum bagi wisatawan yang berkunjung.
“Kami juga belum pernah mendata pengunjung yang ada. Namun, setiap hari bisa ada puluhan orang yang datang. Kalau sedang hari libur, pengunjung bisa mencapai ratusan orang,” ungkapnya.
Ia menambahkan lokasi ini sudah masuk dalam daftar sembilan obyek wisata yang akan dikembangkan oleh Pemda DIY.
“Dengan demikian apabila sudah terkelola dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi warga di sekitar Lava Bantal seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan,” katanya.