Masjid Termegah di Kaltim, 9 Tahun Tak Bernama dan Melewati 3 Presiden
Masjid ini merupakan terbesar kedua setelah Istiqlal Jakarta, yang pembangunannya menghabiskan Rp 650 miliar.
Editor: Mohamad Yoenus
![Masjid Termegah di Kaltim, 9 Tahun Tak Bernama dan Melewati 3 Presiden](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/masjid-baitul-muttaqin_20150629_012254.jpg)
Bagian utama dari masjid tersebut akhirnya diadopsi dari arsitektur tiga negara tersebut.
Yakni selasar masjid yang terdapat tujuh gerbang berasal dari masjid Putra Jaya Malaysia, kubah berasal dari Turki, dan menara dari Madinah Arab Saudi.
"Kurang lebih satu tahun kami mengumpulkan perencanaan untuk pembangunan masjid. Walaupun terdapat konsep dari tiga negara berbeda, namun kami tetap pasang ornamen khas Kaltim, yakni ornamen Dayak yang terdapat di kubah masjid," katanya.
Pencanangan pembangunan masjid dilakukan oleh Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid di Bontang pada tahun 2000.
Lalu pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden RI ke-5, Megawati Soekarno Putri pada 2001.
Setelah selama kurang lebih tujuh tahun melakukan pembangunan, masjid akhirnya diresmikan oleh Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudoyono pada 2008 atau bertepatan pada saat Pekan Olahraga Nasional (PON) yang berlangsung di Kaltim.
Maajid Baitul Muttaqin memiliki tujuh menara, yang salah satunya memiliki tinggi mencapai 99 meter atau yang dikenal sebagai menara Asma'ul Husna.
Menara tersebut memiliki 15 lantai, yang setiap lantainya memiliki tinggi rata-rata 6 meter.
Sebanyak 4 menara lainnya yang terletak di setiap sudut masjid, memiliki masing-masing tinggi sekitar 70 meter.
Dan 2 menara lainnya terletak di kedua sisi pintu gerbang masuk masjid memiliki tinggi 57 meter.
"Pembangunannya melewati tiga presiden dan seluruh unsur dari masjid tersebut memiliki makna berbeda-beda sesuai dengan Islam," katanya.
Di area lobi lantai dasar masjid, terdapat sebuah beduk yang berukuran besar dengan diameter 180 cm, kayu beduk tersebut didapat dari kayu hutan di Kalimantan.
Batang kayu beduk yang tidak bulat sempurna itu membuat tampilan beduk terlihat berbeda dan unik dengan beduk lainnya.
"Beduk itu merupakan sumbangan dari Pak Suwarna, sebagai dedikasi dan totalitasnya terhadap masjid ini," kata pria yang akrab di sapa ADB itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.