Takjub Memandang Pucuk-pucuk Gunung Es dari Balik Jendela Kereta Wisata di Swiss
Sungguh takjub memandang keindahan pucuk-pucuk gunung es dari balik jendela kereta wisata di Swiss.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - ”Bayangkan sebuah negara di mana transportasi umumnya selalu tepat waktu”.
Kalimat itu terpampang di tiket Swiss Travel Pass yang menyuguhkan perjalanan terintegrasi dengan kereta, bus, dan kapal.
Kereta Matterhorn Gotthard Bahn yang melaju dari Stasiun Visp menuju Zermatt perlahan merangkak dengan kecepatan 35 kilometer per jam mendaki kawasan Pegunungan Alpen.
Bunyi kereta berderit ketika gigi-gigi kereta menapaki rel tua yang bergerigi atau dikenal dengan istilah cograilway sepanjang 31,9 kilometer. Cogwheel memungkinkan kereta mendaki ke gunung-gunung es, bahkan ketika jalanan menjadi licin oleh lelehan salju.
Indahnya pemandangan di kanan dan kiri rel mengubah rasa kantuk menjadi decak kagum.
Mata menyaksikan pemandangan pucuk-pucuk gunung es yang menyeruak dari kaca jendela ataupun langit-langit kereta yang dibuat dari bahan kaca tembus pandang.
Kereta Matterhorn Gotthard Bahn menyajikan panorama indah melewati 126 jembatan. Sungai-sungai pun mempertontonkan aliran air jernih dari lelehan gletser yang aman untuk langsung diminum.
Gletser dengan bongkahan es padatnya yang dengan mudah bisa dilihat dari jendela kereta (Kompas/ Mawar Kusuma Wulan)
Selain gletser dengan bongkahan es berwarna putih bersih, tampak perbukitan dengan batuan-batuan yang retak lalu pecah menjadi potongan kecil karena dinginnya suhu udara musim dingin.
Pemandangan indah itu pula yang kemudian dijual oleh kereta Glacier Express yang khusus membawa wisatawan selama delapan jam perjalanan dari satu gletser ke gletser lain sepanjang jalur Zermatt menuju Davos atau St Moritz.
Glacier Express adalah kereta paling lamban sekaligus menjadi favorit wisatawan dunia.
Dengan pemandangan pegunungan es, ngarai, lembah, 91 terowongan, dan 291 jembatan, puncak tertinggi yang dilewati kereta ini adalah Oberalp Pass pada ketinggian 2.033 meter di atas permukaan laut hingga Nikolai Valley, lembah terdalam di Swiss.
”Akibat pemanasan global, banyak gletser yang kemudian hilang. Ke depan mungkin kami akan terpaksa harus mengganti nama kereta Glacier Express kalau gletsernya benar-benar menghilang,” kata Christoph, pemandu yang mengantar rombongan wartawan dari beberapa negara di Asia Tenggara menuju desa wisata Zermatt pada libur musim dingin lalu.
Wisatawan Asia
Musim dingin yang berlangsung dari akhir Desember hingga awal April menjadi musim banjir turis dengan atraksi wisata berupa olahraga salju.