Melawan Dinginnya Kota Batu Malang Dengan Menyantap Bakso Bakar Panas-panas, Sedap!
Wisatawan dari luar kota selalu kedinginan saat singgah di Kota Batu, Malang. Menyantap bakso bakar panas-panas, peredamnya.
Editor: Agung Budi Santoso
Warung ini memang bersahaja. Tapi tak pernah sepi dari pembeli. Sesuai namanya, bangunan warung didominasi bahan dari bambu.
Warung yang berada di pinggir jurang itu ukurannya tidak begitu besar. Kira-kira 15 X 5 meter persegi.
Dinding warung dirancang sedemikian menariknya sehingga udara sejuk pegunungan Kota Batu bisa dengan mudah menerobos masuk melalui celah-celah dinding bambu.
Penikmat bakso juga bisa dengan leluasa melayangkan pandangannya ke berbagai penjuru panorama alam yang ada di lereng jurang.
Para pembeli di warung ini menikmati bakso bakarnya sambil duduk santai di bawah (lesehan).
Tempat duduk letaknya sedikit lebih tinggi dari lantai tanah. Ada meja-meja berukuran kecil tempat meletakkan mangkuk bakso atau gelas minuman.
Suasana di warung Bambu Wulung juga terlihat semarak oleh ramainya pembeli.
Sementara bau harum bakso bakar berbumbu sate acap kali ikut masuk ke dalam warung akibat terpaan angin pegunungan Batu-Malang.
Bambu Wulung merupakan warung bakso lengkap dengan bakso (pentol) bakarnya. Untuk seporsi bakso lengkap dengan bakso bakar dan lontongnya cuma dihargai 13 ribu rupiah.
Warung ini juga menyediakan minuman berupa Es Pasundan yang lebih mirip es campur (oyen).
Warga Desa Banjar Tengah, Batu-Malang tampaknya tidak puas dengan hanya membuka warung kuliner.
Sebagian lagi mengais rezeki dengan menjalankan kereta kuda (andong).
Sebelum mampir di warung-warung kuliner di pinggir jurang Desa Banjar Tengah, para wisatawan itu bisa saja menikmati indahnya panorama alam yang ada di lereng-lereng bukit.
Setelah puas berkereta kuda biasanya mereka beristirahat sambil menyantap lezatnya bakwan malang lengkap dengan pentolan goreng berbumbu sate. (Kompasiana.com/ Mawan Sidarta)