Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tari Rejang di Desa Jasri, Bali, Ritual Persembahan untuk Para Dewa

Ada suatu ritual yang juga menarik minat wisatawan untuk menyaksikannya ketika mereka tengah berlibur di Bali.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Tari Rejang di Desa Jasri, Bali, Ritual Persembahan untuk Para Dewa
Tribun Bali/Cisilia
Tari Rejang di Desa Pakraman Jasri, Karangasem, Bali. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina S

TRIBUNNEWS.COM, KARANGASEM – Bali dikenal akan budayanya yang tetap terpelihara hingga saat ini.

Seperti tari-tarian yang menarik perhatian wisatawan ketika berkunjung ke Bali.

Ada suatu ritual yang juga menarik minat wisatawan untuk menyaksikannya ketika di Bali.

Tak lain adalah Ritual Rejang Jasri.

Dengan gerak tubuh gemulai, 31 teruni yang mewakili 7 Banjar Adat di Desa Pakraman Jasri, Karangasem, Bali, melaksanakan ritual Tarian Rejang.

Berita Rekomendasi

Ritual ini rutin dilaksanakan setiap satu kali dalam setahun, saat perayaan Umanis Kuningan.

Sebagai bentuk persembahan untuk dewa dan dewi yang ada di Pura desa, itulah makna dan tujuan dari dilaksanakannya ritual tersebut.

Tarian Rejang ini sendiri tidak hanya milik Desa Pakraman Jasri, beberapa desa adat lainnya di Bali pun memiliki ritual ini, hanya ada yang berbeda dari masing-masing tempat.

“Banyak juga desa adat di Bali ini yang memiliki ritual Tarian Rejang seperti ini. Namun, di Jasri ini kami punya satu pakem tari yang agak unik, yang disebut dengan mabuang,” ujar Nyoman Sutirtayasa, Bendesa Adat Desa Pakraman Jasri.

Pada tari mabuang ini ada gerakan kaki yang memutar-mutar yang juga tampak seperti melilit.


Oleh karena itu, menurut Sutirtayasa, ritual ini juga kerap disebut dengan Rejang Lilit.

Diadakan jelang sore hari, yakni sekitar pukul 16.00 Wita, para teruni yang tampil cantik dengan riasan wajah dan mahkota dari bunga-bunga, bersiap untuk melaksanakan ritual satu ini, dimulai dari area Pura Puseh Pakraman Jasri.

Ada 3 tahapan dalam Tarian Rejang, antara lain, yang pertama adalah prosesi ngerejang, kedua adalah mabuang, dan yang ketiga adalah ngelegong.
Masing-masing prosesi ini dilakukan sebanyak 3 putaran.

“Ritual ini sudah turun-temurun dilakukan dari leluhur kami. Yang melaksanakannya remaja-remaja putri di sini, yang masih muda dan belum menikah,” tambah Sutirtayasa.

Selama 3 hari ritual Tarian Rejang ini dilaksanakan oleh masyarakat Desa Jasri.

Mulai dari Umanis Kuningan, satu hari setelah Kuningan, Minggu (26/7/2015), lalu hari Senin (27/8/2015), hingga hari ini, Selasa (28/7/2015).

Selama dua hari pertama, ritual yang dilakukan adalah sama, yakni tarian yang dilakukan para remaja putri, yang kemudian dilanjutkan dengan upacara sembahyang.

Sementara di hari terakhir, selain tarian tersebut, ada tambahan yang berbeda.

Pada hari ketiga tersebut, ada persembahan sesajen yang disebut Banten Prani sebagai pengiring upacara.

Tradisi yang juga disebut dengan istilah Meprani ini, dilakukan oleh para orang tua dari remaja putri yang mendapat giliran menari rejang saat itu.

Banten ini dibuat dari berbagai bahan seperti jajan berupa kue tradisional, ada juga buah-buahan dan yang lainnya.

Banten ini menggunakan dulang sebagai alasnya yang disusun setinggi mungkin, berbeda dari banten yang biasa.

“Nanti hari terakhir ada Meprani, bikin banten. Bantennya pun nanti disusun tinggi ke atas menggunakan dulang,” tambahnya.

Selama diadakannya Umanis Kuningan ini, Desa Jasri pun tampak ramai.

Seolah berubah seperti pasar, banyak pedagang yang memanfaatkan momen ini untuk berjualan dan menggelar lapak permainan di area desa.

Tak hanya dipadati warga desa, cukup banyak juga wisatawan yang datang menonton ritual tersebut ke desa yang juga merupakan desa wisata tersebut. (*)

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas