Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Si Pitung, Legenda Betawi dan Kisah Rumah Terakhir di Marunda

Di Jalan Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara adalah tempat terakhir Si Pitung setelah melanglang buana

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Si Pitung, Legenda Betawi dan Kisah Rumah Terakhir di Marunda
Tribunnews/Reynas
Rumah Pitung di Marunda. 

"Ada juga koleksi babeh Ridwan Saidi beupa alat musik khas Betawi hadroh (gendang/rebana)," ucap Farhan menambahkan.

Kisah Hidup Si Pitung

Pitung lahir pada tahun 1866 di Tangerang, ibu kandung Pitung berasal dari Rawa Belong, Jakarta Barat, sedang ayahnya berasal dari kampung Cikoneng, Tangerang.

Saat menginjak usia delapan tahun Pitung merasakan kehidupan yang amat pahit. Kedua orang tuanya harus berpisah.

Ibunya menolak untuk dijadikan istri tua. Tak ayal, Pitung bersama ibunya pun kembali ke kampung Rawa Belong.

Di Rawa Belong, Pitung berprofesi sebagai pengembala kambing milik kakeknya. Usai berumur 14 tahun Pitung kemudian dipercaya menjual kambing di pasar Kebayoran, Jakarta Selatan.

Singkat cerita, ketika hendak kembali dari pasar menjual kambing, Pitung dirampok hingga hasil jualannya ludes. Ia lalu tak berani pulang lantaran takut dimarahi sang kakek dan ibunya.

Berita Rekomendasi

Sejak itulah Pitung mengembara dengan dendam yang amat sangat membara demi mencari jati diri.

Dalam pengembaraannya, Pitung berlabuh di kampung Kemayoran, di mana ia berkenalan dengan Guru Na'ipin, ahli tarekat yang pandai ilmu bela diri pencak silat.

Guru Nai'pin merupakan murid daripada Guru Cit seorang mursyid, guru tarekat dari kampung Pecenongan, Jakarta Pusat.

Pitung menghabiskan waktu sekitar enam tahun untuk berguru pada Guru Na'ipin sampai ilmunya terbilang mumpuni.

Guru Na'ipin bersahabat dengan Mohammad Bakir, pengarang terkemuka Betawi pada akhir abad XIX.

Karya-karyanya telah tersimpan di sejumlah museum dunia antara lain St. Petersburg, Rusia, London, dan negeri kincir angin, Belanda.

Mulai dari titik inilah muncul gagasan pemberontakan dan perlawanan terhadap Belanda disepanjang abad XIX dan permulaan abad XX di mana Indonesia tengah dijajah.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas