Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perajin di Ogan Ilir Sulap Tanaman Purun Jadi Beragam Souvenir, Cocok untuk Oleh-oleh

Di tangan para pengrajin di desa ini, tanaman purun disulap menjadi tikar, tas, kipas, sendal dan berbagai macam bentuk kerajinan tangan lainnya.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Perajin di Ogan Ilir Sulap Tanaman Purun Jadi Beragam Souvenir, Cocok untuk Oleh-oleh
Sriwijaya Post/Bery Supriyadi
Hasil kerajinan berupa tas, kipas, sendal dan lain-lain ini terbuat dari bahan purun. 

Laporan Wartawan Sriwijaya Post: Bery Supriyadi

TRIBUNNEWS.COM, INDRALAYA - Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, memang terkenal sebagai daerah pengrajin.

Tak cuma pengrajin kayu, batu, emas, besi atau pun alumunium, sebagian masyarakat di OI juga ada yang mendapat penghasilan dari tanaman purun.

ogan ilir
Dua orang pengrajin sedang membuat tikar dari bahan purun di Desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir. (Sriwijaya Post/Bery Supriyadi)

Salah satu kelompok pengrajin yang mengolah purun menjadi barang bernilai ekonomis adalah di Desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OI.

Di tangan para pengrajin di desa ini, tanaman purun disulap menjadi tikar, tas, kipas, sendal dan berbagai macam bentuk kerajinan tangan lainnya.

Purun merupakan jenis tumbuhan rumput yang hidup liar di dekat air atau daerah rawa.

Di Kabupaten OI, purun memang mudah ditemukan, karena banyak tumbuh di sekitar lahan warga.

Berita Rekomendasi

Dalam proses pengolahan purun untuk dijadikan bahan kerajinan, purun harus diolah terlebih dahulu menjadi bahan baku.

Purun terlebih dahulu dijemur sampai kering, kemudian bagian pangkal dan ujung dibersihkan dengan cara dipotong.

Purun kemudian diberi warna dengan cara direndam ke dalam air panas yang telah diberi pewarna.

Setelah diwarnai, purun kembali dijemur sampai kering agar warna tidak mudah luntur.

ogan ilir
Kerajinan khas Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.  (Sriwijaya Post/Bery)

Selanjutnya, purun ditumbuk agar pipih, dan siap dijadikan bahan baku kerajinan tangan.

Ketua Pembina Anyaman Tikar Purun Desa Tanjung Atap, Karyani Usuluddin menjelaskan, seiring perkembangan zaman, produk anyaman tikar terkesan kurang diminati.

Sebabnya, kemampuan desain yang dimilki para pengrajin tidak mendukung.

Selain itu juga, dari sisi pemasaran kalah dengan produk tikar plastik yang ramai dijual di pasaran.

"Kita mencoba merangkul beberapa orang pengrajin anyaman tikar yang ada di desa Tanjung Atap dengan menggandeng pihak Unsri," katanya, Senin (10/8/2015).

Menurut Karyani, anyaman tikar yang berbahan dasar purun itu dianyam dan dirajut menjadi sebuah hamparan tikar yang berukuran 1,5 x 2,5 meter.

"Selembar tikar diperlukan modal senilai Rp 16 ribu. Sementara setelah barang tersebut sudah jadi, hanya bisa terjual antara Rp 20 ribu- Rp 25 ribu per lembarnya,” katanya.

Kelompok kerajinan yang berjumlah 20 pengrajin ini berusaha hidup dan berkembang dengan tampilan desain-desain baru.

Lembaran tikar tersebut dimodifikasi dan di desain menjadi berbagai produk, baik itu corak, motif, pewarnaan dan lain sebagainya.

Misalnya tas, sendal, sajadah, dompet, kotak tisu, kipas, sandaran kursi, tempat Hp, kotak pensil, mainan kunci dan beragam bentuk kerajinan lainnya.

Harga jual yang ditawarkan dari hasil kerajinan anyaman tikar berbahan dasar purun itu bervariasi.

Satu tas tangan dan tas jinjing perempuan antara Rp 75 ribu - Rp 150 ribu, sajadah Rp 30 ribu, dompet Rp 25 ribu-Rp 45 ribu dan sendal Rp 15 ribu-Rp 20 ribu.

Bagaimana, anda tertarik membeli hasil kerajinan dari purun ini untuk oleh-oleh? Silakan datang ke OI, sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Palembang.

Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas