Rumah Adat Lampung, Nuwo Sesat: Bangunan Ini Hanya Rusak Ringan saat Krakatau Meletus
Tiap daerah di Indonesia memiliki rumah adat yang menjadi ciri khas dan kebanggaan masyarakat. Begitu pun dengan Lampung yang memiliki Nuwo Sesat.
Editor: Malvyandie Haryadi
Rumah panggung membuat warga aman dari ancaman banjir bahkan hewam buas yang sewaktu waktu menyerang.
Khusus untuk Lamban Dalom Marga Balak yang merupakan saah satu rumah adat Lampung, terdiri dari dua bagian bangunan.
Bagian bawah rumah yang didominasi pasak kayu berukuran besar disulap menjadi ruangan pertemuan.
Bemtuk bangunan ini merupakan modifikasi di era modern.
Sebab pada zaman dahulu bagian bawah rumah lebih banyak digunakan sebagai tempat menumpuk kayu bakar, kandang ternak, lumbung padi atau fungsi lainnya.
Sememtara pada bagian atas, yang diakses melalui dua buah anak tangga yang saling berhadapan merupakan bangunan utama rumah.
Teras, ruang tamu hingga kamar berada di bagian utama ini.
Sebagai informasi rumah adat yang ditemui Kampung Negeri Olok Gading ini usianya sudah sangat tua.
Tahukah Anda bahwa Nuwo Sesat ini usianya sudah mencapai 130 tahun? Dulunya, bangunan ini digunakan sebagai tempat pertemuan atau balai para warga sekitar.
Rumah Adat Lamban Dalom Marga Balak yang merupakan tempat kebandaran tertinggi bagi adat Lampung Pesisir Saibatin yang ada di Kota Bandar Lampung.
Lamban Dalom tersebut diperkirakan sudah berdiri sebelum abad ke 19.
Pemilik Lamban Dalom sekaligus keturunan ke 17 dari Minak Pati Penjurit gelar Datuk Panglima Muda (Buai Runjung), M Yusuf Erdiansyah gelar Gusti Pangeran Igama Ratu menuturkan, rumah tersebut sebagian besar konstruksinya masih asli.
"Pada saat Gunung Krakatau meletus abad 19, lamban ini beruntung hanya mengalami kerusakan kecil, padahal rumah-rumah penduduk lainnya rata dengan tanah,"ujarnya.
"Alhamdulillah, Pak Herman (Wali Kota Bandar Lampung) kemarin memberikan bantuan untuk merenovasi rumah," lanjut dia.