Menelusuri Jejak Manusia Purba di Museum Sangiran, Sragen, Jawa Tengah
Museum yang dibuka untuk umum Desember 2011 ini disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (Tiongkok) dan Willandra Lakes (Australia).
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Suharno
TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN - Belajar sejarah bisa lebih menyenangkan jika menggunakan alat peraga.
Begitu pula untuk mengetahui kehidupan manusia purba. Tak salah jika Anda berkunjung ke Museum Purbakala Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.
Pengunjung Museum Sangiran. (Tribun Jateng/Suharno)
Museum ini berada di Jalan Raya Solo-Purwodadi atau 17 kilometer dari Kota Solo.
Di sini, terdapat beragam fosil maupun gambaran kehidupan ribuan tahun lalu.
Fosil-fosil koleksi museum di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, ini ditemukan dari penggalian di Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh, Kabupaten Sragen, serta di Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar.
Situs arkeologi yang dibangun Toto Marsono untuk menyimpan hasil penggalian Von Koenigswald tahun 1941 itu mendapat pengakuan dari UNESCO.
Bahkan, museum yang dibuka untuk umum Desember 2011 ini disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (Tiongkok), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania), dan Sterkfontein (Afrika Selatan).
Koleksi Museum Sangiran. (Tribun Jateng/Suharno)
Memasuki museum, pengunjung akan menemukan ruang pertama berisi dorama yang memberi informasi tentang manusia purba dan hewan yang ada di situs Sangiran sekitar 1 juta tahun yang lalu.
Dari ruangan ini, pengunjung langsung diarahkan ke ruang kedua yang berisi berbagai fosil tentang sejarah ekplorasi di situs tersebut. Di ruang terakhir atau ruang ketiga, terdapat dorama besar yang memberikan pandangan keseluruhan Sangiran.
Dorama ini berlatarkan Gunung Lawu dan berisi manusia serta hewan seperti yang dibayangkan satu juta tahun yang lalu.
Pada ruangan ketiga ini juga ada karya pematung paleontologis internasional Elisabeth Daynes, dan tulisan pesan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat mengunjungi museum ini.
Museum Purba Sangiran bisa ditempuh 30 menit dari Kota Solo, atau 2,5 jam dari Kota Semarang menggunakan kendaraan pribadi. (Tribun Jateng/Suharno)
Selain dapat melihat dorama di tiga ruangan yang ada, pengunjung juga bisa menyaksikan pemutaran film tentang penemuan di situs purbakala Sangiran.
Untuk pemutaran film ini, pengunjung hanya ditarik biaya Rp 60.000 per rombongan.
"Ini pertama kali saya datang ke sini (Sangiran). Tempatnya bagus dan dari sini saya bisa melihat langsung fosil-fosil bersejarah yang hanya dipelajari secara teori di sekolah," ujar seorang pengunjung dari SMK Pangudi Luhur Karangrayung, Grobogan, Yelika Indah Parawansari.
Tak butuh biaya mahal.
Untuk masuk museum yang buka Selasa-Minggu pukul 08.00-16.00 itu, pengunjung cukup membayar Rp 5.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 11.500 untuk wisatawan mancanegara.
Museum Purba Sangiran bisa ditempuh 30 menit dari Kota Solo, atau 2,5 jam dari Kota Semarang menggunakan kendaraan pribadi.
Akses jalan menuju museum di Jalan Raya Solo-Purwodadi ini pun mulus. Bahkan, bagi penyuka sepeda onthel, keliling kawasan ini sambil mengayuh roda dua sangat menyenangkan.
Di sepanjang jalan menuju Sangiran, terdapat pusat souvenir dari batu alam.
Pengunjung pun bisa mengecek keaslian batu-batu berbentuk unik tersebut. Sementara, di kawasan museum, souvenir yang dijual lebih beragam.
Selain bebatuan, ada pula kaos dan pernak pernik lain.
Di sekitar situs arkeologi Sangiran ini juga dibangun tiga museum lain. Ketiganya melengkapi keberadaan Museum Purba Sangiran.
Tiga museum yang baru dibuka itu adalah Ngebung yang menceritakan sejarah penemuan situs Sangiran,
Bukuran yang memberi informasi tetang penemuan fosil manusia prasejarah di Sangiran, serta Dayu yang menyajikan informasi tentang penelitian terbaru. (*)