Sanur Village Festival 2015: Serunya Lomba Puluhan Perahu Jukung Menyusuri Pantai Sanur
Dengan layar warna-warni yang terkembang, para nelayan yang tergabung dalam Sekaa Jukung Dewi Satayujanagandhi Sanur menjalankan perahunya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina Siahaan
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Kompetisi jukung atau perahu layar tradisional menjadi salah satu program menarik dan rutin dilaksanakan dalam rangkaian acara Sanur Village Festival (SVF).
Begitu juga di tahun 2015 yang sekaligus menandai masa satu dasa warsa SVF, kawasan pesisir Sanur dipenuhi oleh puluhan jukung cantik yang siap berlayar menyusuri sepanjang perairan Sanur, Denpasar, Bali.
Suasana lomba perahu Jukung di Sanur, Bali. (Tribun Bali/Rizal Fanany)
Tepat pada hari pertama berlangsungnya SFV 2015, Rabu (27/8/2015) pagi, sebanyak 25 jukung tampak berjajar di sepanjang garis Pantai Segara Ayu.
Dengan layar warna-warni yang terkembang, para nelayan yang tergabung dalam Sekaa Jukung Dewi Satayujanagandhi Sanur menjalankan perahunya.
Mereka mengarungi birunya air laut di kawasan yang kental dengan sebutan morning of the world ini.
Selama kurang lebih 1,5 jam, yakni sejak pukul 08.30 Wita, jukung-jukung tersebut menyusuri beberapa titik pantai Sanur.
Antara lain pantai matahari terbit, kemudian ke tengah dan berlayar hingga ke perairan pantai duyung.
Setelah itu kembali lagi ke titik awal dimulainya perlombaan tersebut, yakni di Pantai Segara Ayu.
Festival ini digelar tiap tahun secara rutin, dimulai sejak 2006. (Tribun Bali/Rizal Fanany)
Menurut Ketua Umum Sekaa Jukung Sanur, I Wayan Jelantik, kecepatan jukung dan ketangkasan nahkoda, itulah yang menjadi kunci untuk memenangkan kompetisi ini.
Di luar itu, kondisi air, arah dan adanya angin juga turut mempengaruhi berlangsungnya kompetisi ini.
“Karena kami ini menggunakan perahu tradisional, maka bergantung pada kondisi alam. Khususnya angin yang bisa menggerakan perahu-perahu layar ini,” ujar Jelantik.
Para finalis jukung yang tampil hari ini adalah hasil penyisihan dari tahap sebelumnya.
Awalnya, ada 50 jukung yang hadir sebagai peserta perlombaan ini yang kemudian dipilih lagi dan disisihkan hingga menyisakan 25 jukung tersebut.
“Prosesnya sudah dari 3 minggu yang lalu. Masing-masing kelompok mengirimkan 10 jukung, hingga total 50 jukung pada awalnya. Kemudian ada penyisihan hingga ini yang tersisa sebagai finalis kompetisi,” tambahnya.
Ini bukan kali pertama Sekaa Jukung Sanur tersebut meramaikan festival tahunan ini.
Telah menjadi kali ke 10, semenjak digelarnya SVF pertama di tahun 2006 silam, kelompok yang terbentuk sejak tahun 1997 ini mengembangkan layarnya dalam kompetisi ini.
Tak hanya hadir sebagai sarana transportasi laut para nelayan setempat, namun jukung memilki manfaat lain bagi warga Sanur.
Yakni, dari sisi pariwisata sendiri, jukung-jukung ini menjadi sarana untuk mencari hasil laut yang kemudian akan dinikmati oleh para wisatawan di desa peisisir satu ini. (*)