Belajar Budaya Batak Sambil Berwisata di Museum Batak Balige dan TB Silalahi Center
Di museum tersebut, wisatawan akan dipaparkan pemandangan peninggalan sejarah dari Batak Toba, Simalungun Karo, Mandailing, Pakpak dan Angkola.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, TOBA - Museum Batak Balige yang berada di Jalan Pagar Batu No 88 Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara menyimpan segudang benda bersejarah Suku Batak.
Suku Batak menjadi identitas dan suku mayoritas di sekitaran Simalungun, khususnya masyarakat Danau Toba.
Hal itu tentu menjadi daya pikat wisatawan untuk banyak mengetahui lebih banyak tentang Suku Batak.
Wisatawan juga akan melihat koleksi pakaian dari abad keenam puak Batak, miniatur Huta Batak yang berisi rumah tradisional Batak Toba yang telah berusia ratusan tahun. (Tribun Medan/Silfa)
Wisatawan yang sedang berkunjung di Danau Toba bak ditarik juga untuk mengunjungi Museum Batak Balige yang berada di kawasan TB Silalahi Center.
Museum ini terdapat berbagai ornamen yang memaparkan sekaligus menjelaskan tentang budaya Batak.
Hal ini tentu tidak akan ditemui di museum lain dan di kota lain.
Ribuan koleksi artefak budaya batak memenuhi Museum Balige, dan koleksi benda peninggalan TB Silalahi di bangunan sebelahnya.
Di museum tersebut, wisatawan akan dipaparkan pemandangan peninggalan sejarah dari Batak Toba, Simalungun Karo, Mandailing, Pakpak dan Angkola yang banyak didokumentasikan pengunjung.
Pengunjung foto di depan bekas mobil dinas TB Silalahi semasa menjabat sebagai menteri. (Tribun Medan/Silfa)
Hal itu banyak yang tidak diketahui wisatawan, khususnya yang datang dari luar kota, bahwa banyak suku yang serumpun dengan suku Batak.
Di sana ada juga beberapa jenis senjata khas Batak usianya mencapai puluhan hingga ratusan tahun, yaitu hujur (tombak), podang (pedang), piso (pisau), sior (panah dan busur), ultop (sumpit), dan bodil (senapan).
Wisatawan juga akan melihat koleksi pakaian dari abad keenam puak Batak, miniatur Huta Batak yang berisi rumah tradisional Batak Toba yang telah berusia ratusan tahun, hingga miniatur gale-gale atau patung yang dapat menari khas Batak.
Bagi wisatawan yang tertarik pada aksara Batak Toba juga dapat menelisik perangkat hurufnya. Aksara Batak tersebut dianggap sebagai tata bahasa pertama di Hindia Belanda yang disusun secara ilmiah.
Penjaga Museum, Roman, menuturkan museum ini juga memampang nasihat leluhur yang dipajang di dinding-dinding.
Seperti; Paias Rohamu (bersihkan hatimu), Paias Pamatanganmu (bersihkan tubuhmu), Paias Peheanmu (bersihkan pakaianmu), Palas Jabumu (bersihkan rumahmu), dan Pahias Alamanmu (bersihkan halamanmu).
Ada juga nasihat menarik lain yang mengajak masyarakat untuk bekerja keras dan bekerja cerdas, seperti Hamoraon (carilah rezeki dan keberuntungan), Hagabeon (carilah kesempurnaan hidup), dan Hasangapon (carilah kehormatan dan kemuliaan).
Kemudian ada koleksi pribadi Letjen (Purn) TB Silalahi menjadi ruangan yang tentu tidak boleh dilewatkan.
Ada pakaian dinas, bintang jasa, tanda kehormatan, kendaraan pribadi dan dinas, jenis senjata yang pernah digunakan oleh TB Silalahi, dan kenang-kenangan dari penjuru dunia yang diberikan kepada Bapak TB Silalahi.
Adapula panel-panel yang menceritakan sejarah hidup perjalanan TB Silalahi serta perjalanan karirnya.
Selain itu di ruangan khusus tersebut juga terdapat benda-benda pribadi seperti seragam dan pangkat-pangkat ketika di kemiliteran, beberapa ijazah, pakaian ketika menjadi menteri, bangku sekolah waktu di SR, hingga mobil dinas yang dulu digunakan ketika menjabat sebagai Menpan pada Kabinet Pembangunan VI.
Menurut Roman, museum TB Silalahi atau yang diberi nama Museum Jejak Langkah dan Sejarah TB Silalahi dibangun sebagai wadah untuk memotivasi generasi muda untuk terus meraih cita-citanya.
TB Silalahi yang masa kecilnya merupakan anak pengembala kerbau, dalam perjalanan kariernya berhasil menjadi seorang Jenderal.
Untuk mencapai museum yang juga disebut museum ini, wisatawan dapat mengendarai sepeda motor, mobil pribadi atau angkutan bus.
Lokasi tempat ini berdekatan dengan makam Sisingamangaraja XII. Wisatawan cukup berjalan 100 meter dari makam tersebut.
Berlokasi di pinggir Danau Toba, wisatawan juga akan dimanjakan pemandangan riak ombak dan biru danau yang memikat di sekitar museum.