Berburu Madu Pahit di Hutan Pelawan, Bangka Belitung
Kawasan Hutan Pelawan yang terletak di Desa Namang, 40 menit dari Bandar Udara Depati Amir, cocok untuk jadi alternatif liburan di Bangka Belitung.
Editor: Malvyandie Haryadi
"Waktu itu ada yang meneliti dan mereka bilang ini endemik dari sini," kata Kepala Desa Namang yang juga menjadi Ketua Taman Keanekaragaman Hayati, Zaiwan.
Trek di Kawasan Wisata Hutan Pelawan berdiri seluas kurang lebih 10 hektare dari total keseluruhan hutan lindung seluas 300 hektare. (KOMPAS.com/Mentari Chairunisa)
Hal itulah menurut Zaiwan yang menjadi alasan Hutan Pelawan wajib untuk dikunjungi.
Selain melihat tanaman asli Desa Namang, pengunjung juga bisa melihat tumbuhnya jamur pelawan yang juga jadi ciri khas desa ini.
Jamur pelawan hidup di sekitar area tumbuhnya pohon pelawan. Katanya, jamur pelawan memiliki ukuran tinggi lebih dibanding jenis jamur lainnya.
Selain itu, warna merah akan terlihat menyala dari jenis jamur ini.
Sayangnya, KompasTravel belum beruntung untuk melihat secara langsung jamur pelawan ini.
Menurut Zaiwan, musim kemarau panjang yang tengah terjadi membuat jamur-jamur tersebut urung muncul.
"Tapi nanti setelah kemarau lalu hujan pertama kali, nanti akan muncul (jamurnya)," imbuhnya.
Untuk merasakan sensasi blusukan di Hutan Wisata Pelawan, pengunjung hanya perlu membayar uang parkir senilai Rp 3.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil.
Pengunjung juga bisa membeli langsung madu pelawan seharga Rp 80.000 per botol untuk madu manis, dan Rp 200.000 untuk madu pahit.
Sementara jamur pelawan yang sudah dikeringkan dihargai Rp 170.000 per kotak.
Madu pahit menjadi salah satu ciri khas dari Hutan Pelawan. (KOMPAS.com/Mentari Chairunisa)
Wisata Malam Hutan Pelawan
Blusukan di Hutan Wisata Pelawan juga mengasyikkan jika dilakukan pada malam hari.
Menurut Zaiwan, pada malam hari akan muncul hewan-hewan nokturnal yang bisa dilihat dari dekat.