Blusukan ke Pasar Rumput, Pusat Barang Bekas Kualitas Berharga Murah, Mulai Kloset hingga Sepatu
Meskipun barang bekas tetapi kualitasnya cukup menjanjikan sebab sudah dipoles mirip seperti baru.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Adapun Boy (40), pedagang sepatu kulit seken juga menawarkan harga yang murah meriah kepada setiap calon pembeli.
"Sepatu Dr. Martens yang paling banyak dicari itu harganya cuma Rp 500 ribu," ujar Bob.
![pasar rumput pasar rumput](http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pasar-rumput_20150918_133736.jpg)
Pasar Rumput, Jakarta. (Tribunnews/Reynas)
Di lapaknya ada pula barang-barang seken yang masih sangat layak digunakan contohnya kursi roda, togkat, dan raket tenis.
Antusias pembeli tidak pernah surut lantaran harganya yang tidak mahal namun mutunya tetap terjamin.
Contohnya Santi (37), wanita yang tinggal di daerah Kayu Putih itu sengaja datang ke Pasar Rumput karena ia tidak ingin merogoh kocek dalam-dalam.
"Saya mencari kursi roda harganya di sini praktis lebih terjangkau soalnya kan barang seken," jawab Santi saat ditanya alasan memilih membeli barang di Pasar Rumput.
Pasar Rumput ini lokasinya sangat mudah ditemukan yaitu hanya sekitar 50 meter dari Terminal Manggarai, Jakarta Selatan.
Dari kejauhan akan terlihat para pedagang yang menjajakan barang mereka ditepian Jl. Sultan Agung menuju arah Jl. Jenderal Sudirman.
Sejarah Pasar Rumput
Tidak banyak orang mengetahui dari mana asal kata Pasar Rumput muncul.
Berdasarkan pemaparan para pedagang di sini dahulu banyak pedagang pribumi yang menjual rumput-rumputan.
Para pedagang rumput ini menyediakan rumput bagi kebutuhan Masyarakat Menteng yang banyak memiliki Kuda dan Sado (Gerobak Kuda) sebagai sarana angkutan transportasi.
Pada tahun 1950an, Pasar Rumput marak juga oleh kehadiran para pedagang Kuda yang berjejer di kawasan ini.
Namun seiring berjalannya waktu dan kendaraan bermesin seperti mobil mulai bermunculan, pedagang rumput dan kuda pun mulai lenyap.
Setelah memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia nama jalan yang dulunya Jl. Jan Pieterzoen Coen, Gubernur Jenderal Pertama Pendiri Kota Batavia lantas diubah menjadi Jl. Sultan Agung (Raja Mataram).
Ketika zaman penjajahan Belanda, tempat ini menjadi salah satu pusat penjualan sepeda yang ramai pengunjung tahun 1911an hingga 1940-an.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.