Kuliner Lampung: Terasi Udang Rebon Khas Tulangbawang, Pesaing Berat Produk Bangka
Siapa bilang terasi yang terkenal enak itu cuma dari Bangka dan Cirebon? Di Lampung ada terasi udang rebon, nggak kalah enak juga loh!
Editor: Agung Budi Santoso
Karena, menurut dia, usaha pembuatan terasi ini juga melibatkan para ibu rumah tangga.
"Para suami yang berprofesi sebagai nelayan mencari udang rebon, sementara yang mengolah menjadi terasi adalah para istri. Jadi bila tidak ada udang rebon, jadinya seperti dua tahun ini berhenti beroperasi. Tapi 10 hari terakhir ini, udang rebon mulai banyak, makanya usaha terasi ini mulai beroperasi lagi," ujarnya.
Dia mengatakan, selama ini pemasaran terasi masih bersifat sederhana. Masyarakat umum yang sudah mencicipi terasi hasil olahan warga dan para tengkulak, akan langsung datang ke rumah-rumah warga.
Terasi itu pun hanya dibungkus dengan kertas koran ataupun daun pisang kering.
"Memang di sini belum ada semacam gerai ataupun plang nama untuk menyebut sebagai sentra terasi, karena produksinya sendiri yang belum tentu," tambah pria yang mendampingi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ragom Mufakat ini.
Tapi, Zula menyebut, pernah beberapa bulan Popdarwis membuka gerai jualan terasi serta berbagai cenderamata buatan masyarakat di Pantai Mutun. Namun, itu tak lama bertahan.
Emping dan Cuplis
Tak jauh dari Desa Sukajaya Lempasing yang menjadi wakil Kabupaten Pesawaran, terletak Kelurahan Way Tataan, pemekaran dari Kelurahan Sukamaju, Telukbetung Timur, Bandar Lampung yang merupakan wakil dari Kota Tapis Berseri.
Desa ini masuk dalam kategori desa yang berada di sekitar objek wisata dengan menghadirkan industri kreatif.
Adapun industri yang dilakukan warga adalah produksi emping dan cuplis (emping berukuran lebih kecil dan renyah). Bedanya, emping dan cuplis produksi warga ini sudah dikemas menarik.
"Selain dijual ke pasar seperti Pasar Kangkung, Pasar Gudang Lelang, dan pasar-pasar di Bandar Lampung, ada juga yang sudah dikemas dalam bentuk tas terbuat dari kertas dengan ukuran sedang dan kecil. Pemasarannya sendiri, pernah diikutkan dalam pameran serta kita punya lima gubuk gerai jualan di pinggir jalan dekat Pantai Tirtayasa," Ahmad Yusuf dari Pokdarwis Sukamaju Jaya.
Ia mengaku, masyarakat juga kerap mengalami kendala dalam memproduksi emping dan cuplis karena pasokan tangkil atau melinjonya yang terkadang sulit didapat.
Tapi bila tangkilnya melimpah, maka hampir dari anggota yang seluruhnya para ibu rumah tangga ini bisa mulai membuat emping atau cuplis.
"Untuk membuat emping 1 kilogram, dibutuhkan dua kilogram tangkil. Untuk membuatnya kulit tangkilnya dikelupas, lalu tangkil di goreng dengan pasir panas. Tak begitu lama, tangkil diambil dan digeprek menggunakan palu besi. Satu emping bisa menggunakan dua sampai tiga tangkil. Sementara untuk cuplis, tangkil untuk satu cuplis," tambahnya.
Saat ini harga satu kilo tangkil Rp 12.500. Bila sudah menjadi emping, harganya Rp 40 ribu per kg. Sedangkan untuk cuplis dibanderol Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu per kg.