Warga Rela Berdebu untuk Sambut 42 Perahu Hias di Festival Bengawan Solo di Bojonegoro
Sang maestro keroncong almarhum Gesang mengenalkan Sungai Bengawan Solo lewat tembangnya berjudul ‘Bengawan Solo’ sejak 1940.
Editor: Sugiyarto
![Warga Rela Berdebu untuk Sambut 42 Perahu Hias di Festival Bengawan Solo di Bojonegoro](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/fertival-bengawan_20150920_212031.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Sang maestro keroncong almarhum Gesang mengenalkan Sungai Bengawan Solo lewat tembangnya berjudul ‘Bengawan Solo’ sejak 1940.
Kini, seolah meneruskan ‘perjuangan’ sang maestro agar nama Bengawan Solo mendunia, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menggelar ‘Festival Bengawan’ untuk menarik para turis mancanegara.
Sekitar pukul 12.00 wib, panas terik matahari di bendungan gerak Bengawan Solo di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro menapaki puncaknya.
Debu-debu dari laju kendaraan bermotor menambah sesak pernafasan.
Namun, kondisi itu tak lantas membuat ribuan warga meninggalkan kegiatan tahunan yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, yaitu, festival bengawan.
Wujud festival bengawan ini berupa lomba perahu hias, dikuti warga bantaran Bengawan, pegiat usaha perbankan, pihak BUMN, dan BUMD.
Bendungan gerak menjadi tempat dimulainya lomba perahu hias. Para peserta akan menyusuri Sungai Bengawan Solo dari bendungan gerak hingga berakhir di Taman Bengawan Solo atau sekitar 15 km yang ditempuh selama dua jam oleh para peserta.
Berbagai hiasan perahu dibuat oleh para peserta, ada yang menghiasi perahunya membentuk burung mliwis (blibis) putih, ikan hiu, naga, tank,.
Ada juga yang menghias menjadi gerobak yang ditarik seekor sapi, rumah mirip bangunan di China, serta kapal layar yang ditumpangi meniru para pejabat militer.
Seorang arsitek perahu naga asal Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk yang juga peserta lomba perahu hias, Purwanto alias Madan rela mengoordir teman-temannya hingga berhari-hari agar semangat menghias perahu sebagus mungkin.
Tahun ini, pihak Kecamatan Trucuk mengeluarkan tiga perahu, namun temanya satu, yaitu Laskar Angling Dharma.
Peran Angling Dharma diyakini yang mengawali pemerintahan di Bojonegoro dari kadipaten hingga kabupaten seperti sekarang ini.
“Di situ Angling Dharma memakai naga untuk menyatukan Bojonegoro mulai jadi kadipaten sampai menjadi kabupaten. Perahu naga yang kami buat merupakan perahu utama, perahu lainnya Mliwis Putih dan Tank,” ujar Madan.
Purwanto bersama anggota karang taruna dan beberapa penambang perahu perahu dan pasir di Bengawan Solo menghabiskan waktu kurang lebih 10 hari untuk menghias perahu naga. Uang yang dikeluarkan cukup besar, Rp 2,8 juta. Sedangkan dua perahu lainnya menghabiskan dana sekitar Rp 4,7 juta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.