Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kain Lurik Jawa, Ini Ujian Kesabaran Saat Pewarnaan, Pemintalan, Penyusunan motif dan Penenunan

Kain lurik khas Jawa memang adiluhung. Nilai seni tinggi didapatkan dari proses pembuatan yang menguji kesabaran.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Kain Lurik Jawa, Ini Ujian Kesabaran Saat Pewarnaan, Pemintalan, Penyusunan motif dan Penenunan
Foto-foto: Tribun Jogja/ Hamim Thohari
Proses penenunan kain lurik di Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. 

Agar kain lurik diterima harus melakukan inovasi terus, tetapi tanpa meninggalkan pakem dari kain lurik itu sendiri," jelas Jussy.

Hingga saat ini, proses pembuatan kain lurik di tempat tersebut masih menggunakan cara tradisional. Penenunan masih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

"Membuat kain lurik ada lima tahapan, mulai pewarnaan, pemintalan, penyusunan motif, cucuk dan penenunan. Semua tahapan tersebut prosesnya masih sama seperti dulu," ungkap Jussy.

Membuat kain lurik memerlukan proses yang panjang dan waktu pengerjaann yang cukup lama. Membuat 100 meter kain lurik butuh waktu hingga satu bulan.

Penenunan merupakan proses yang paling lama dan rumit. Untuk kain lurik 100 meter menghabiskan waktu 20 hari penenunan.

"Waktu yang dibutuhkan dalam menenun tergantung dari rumitnya motif, selain itu kecepatan dari penenun juga menentukan," tambah Jussy.

Tiap bulannya tempat ini mampu menghasilkan 3.500 hingga 4.000 meter kain lurik.


Pabrik kain lurik Jawa di Bantul.
Berita Rekomendasi

Selain motif tradisional seperti motif telupat dan ujan liris, tempat tersebut juga punya inovasi motif hingga 100 motif.

"Dari sekian banyak motif yang kami miliki, yang paling diminati adalah motif telupat. Motif ini merupakan motif yang digunakan para abdi dalem Keraton," terangnya.

Usaha tenun lurik itu saat ini mempekerjakan sekitar 50 karyawan. Sebagian besar dari karyawan tersebut sudah menginjak usia senja.

Rata‑rata pegawai di sana berumur di atas 50 tahun. Salah satu pegawai yang bekerja disana bahkan telah bekerja sejak pertama kali tempat tersebut buka.

Salah satunya, Wignyo Susanto (84). Ia bekerja di Karunia sejak 1962.


"Saya bekerja di sini dari karyawannya hanya lima orang," ujar Wignyo.

Semua pekerjaan dalam proses pembuatan kain lurik pernah dikerjakannya. Menurut Wignyo menenun merupakan tahapan yang paling rumit.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas