Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gelar Ritual Agar Sawah Subur, Puluhan Orang Malah Kesurupan Jadi 'Kerbau!'

Puluhan orang di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, kerasukan menjadi "kerbau" pada tradisi Keboan yang digelar Minggu (18/10/2015).

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Gelar Ritual Agar Sawah Subur, Puluhan Orang Malah Kesurupan Jadi 'Kerbau!'
Kompas.com/ Ira Rachmawati
Tradisi Keboan di Banyuwangi, Jawa Timur. 

TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Puluhan orang di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, kerasukan menjadi "kerbau" pada tradisi Keboan yang digelar Minggu (18/10/2015).

Acara tersebut merupakan ritual adat masyarakat untuk memohon agar sawah subur dan hasil pertanian melimpah ruah.

Kebo atau dalam Bahasa Indonesia berarti kerbau merupakan simbol dari pertanian yang dimanfaatkan petani mulai dari musim tanam hingga panen.

Ritual ini diawali dengan selamatan desa dan setelah berdoa bersama, satu per satu laki-laki akan kerasukan dan bertingkah layaknya kerbau.

Mereka akan berkubang di lumpur yang dibuat di setiap penjuru desa.

Setiap keluarga mendampingi dengan membawa ember berisi air bersih untuk mengusap wajah mereka yang kerasukan agar tidak tersedak lumpur yang masuk ke mulut dan hidung.

"Jadi kalau ada keluarganya yang kerasukan maka keluarga lainnya bawa ember isi air. Kalau berkubang langsung disiram air bersih agar lumpurnya tidak masuk ke mulut dan hidung," jelas Sigit Purnomo, Kepala Desa Aliyan kepada, Minggu (18/10/2015).

Berita Rekomendasi

Selain itu, keluarga juga mengendalikan mereka yang kerasukan agar tidak membahayakan dirinya sendiri seperi menabrak pohon atau terlalu lama memasukkan kepala ke dalam kubangan.

Warga yang kerasukan tidak bisa mengelak karena dipilih langsung oleh roh gaib. Bahkan kerasukan bisa juga dialami oleh masyarakat lain desa atau pengunjung yang menyaksikan ritual tersebut.

Setelah itu, puluhan warga yang kerasukan kerbau tersebut digiring ke satu lahan sawah dan dibiarkan berkubang cukup lama didampingi oleh keluarga. Lalu mereka berkeliling di jalan kampung.

Mereka sempat berhenti di Balai Desa untuk mendapatkan wewangian dari pawang.

Terakhir mereka kembali berkubang di tengah jalan desa sambil menyebar gabah beras.


Masyarakat berebut gabah tersebut dan mereka percaya jika diletakkan di sawah maka akan menghasilkan panen yang bagus.

Di Desa Aliyan sendiri ada dua dusun yang melakukan ritual keboan secara turun temurun yaitu Dusun Aliyan dan Dusun Sukodono.

Menurut legenda yang dipercaya oleh masyarakat Desa Aliyan, Buyut Wongso Kenongo, pendiri cikal bakal Desa Aliyan, sekitar abad 18 mendapatkan petunjuk untuk mengadakan ritual tolak bala.

Buyut Wongso Kenongo memiliki dua putra yakni Buyut Pekik dan Buyut Turi.

Buyut Pekik menjadi leluhur masyarakat Desa Aliyan, sementara Buyut Turi menjadi leluhur Dusun Sukodono. Masing-masing keturunan itu yang meneruskan tradisi keboan dan mereka tidak bisa dikumpulkan di satu tempat.

"Jadi yang di Desa Aliyan keliling di kampungnya sendiri, termasuk juga Desa Sukodono. Mereka tidak bisa dipertemukan. Saat warga yang kerasukan ke balai desa pun dilakukan secara bergantian. Jika dilakukan bersamaan makan tidak bisa dikendalikan," jelas Sigit.

Selain tradisi Keboan di Desa Aliyan, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki tradisi yang mirik di desa Alasmalang yang akan diselenggarakan pada tanggal 25 Oktber 2015 dan masuk dalam agenda Banyuwangi Festival 2015. (Ira Rachmawati)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas