Di Swiss Juga Banyak Aksi Pencopetan, Ini Daftar Lokasi yang Rawan
Namun, tahukah Anda bahwa ada beberapa tempat di negara ini yang dikenal rawan?
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Hak Asasi Manusia (HAM) rupanya menjadi masalah penting di Swiss.
HAM benar-benar ditetapkan, sampai tukang copet di negara ini mungkin begitu berbahagia dan "membuat iri" para tukang copet di Indonesia.
Bicara soal Swiss, negara ini dikenal sebagai salah satu negara paling aman di dunia.
Placedenation, ruang terbuka di Kota Jenewa, Swiss. (myswitzerland.com)
Namun, tahukah Anda bahwa ada beberapa tempat di negara ini yang dikenal rawan? Tak hanya bagi para pendatang, tapi juga bagi mereka yang sudah lama tinggal.
Sebut saja di Placedenation, sebuah ruang terbuka, sungai yang ditengahnya terdapat air mancur, bagi warga setempat dijadikan sebagai sarana rekreasi, kadang juga untuk mereka yang suka olahraga lari pagi.
Di tempat ini, jika ada kesempatan, jangan lengah, copet mengintai.
Kalau ke sini, ada baiknya Anda meningkatkan kewaspadaan agar barang Anda tak berpindah tangan.
Begitu juga di tempat stasiun kereta atau disebut cornavin.
Bahkan beberapa blog para traveler mengingatkan agar calon penumpang mewaspadai sektor 4 di stasiun tersebut, tempat para pencoleng terkonsentrasi.
Adalah Hendra Gunawan, pria asal Bandar Lampung yang sudah 20 tahun tinggal di ibukota Swiss, Jenewa, yang bercerita banyak soal ini.
Hendra merupakan sopir di Kedubes salah satu negara Afrika di sana.
Hendra Gunawan, WNI yang telah 20 tahun berdomisili di Jenewa, Swiss. (Tribunnews/Rachmat Hidayat)
"Nanti kalau saya pensiun, saya balik ke tanah air. Saat ini, rejeki menjadi staf kedutaan, sudah lebih dari cukup. Anak saya dua, yang satu memilih disini, satu lagi memilih pulang ke Indonesia," ujarnya.
Saat berbincang dengan Tribun, Hendra yang kini sudah berusia 50 tahun ini bercerita tentang kawanan copet yang kerap beraksi di Jenewa.
"Sudah 20 tahun saya di Jenewa, dan tentu sudah mengenal beberapa tukang copet.
Kebanyakan, mereka berasal dari Maroko, Aljazair, Albania, dan Tunisia, Hendra mengawali cerita.
Hendra kemudian melanjutkan ceritanya tentang Profesi tukang copet di Swiss.
Tukang Copet memiliki trik sama dengan tukang copet lain, termasuk di Indonesia.
"Bedanya mereka tertangkap, sore sudah boleh keluar. Saratnya cuma satu jangan buat kriminal lain. Polisi berdalih, jangan sampai melanggar HAM, mungkin copet menjadi pekerjaannya," cerita Hendra.
Di Indonesia, tukang copet jika tertangkap, pasti mukanya akan berubah tidak karuan, lantaran habis dihakimi massa sebelum diserahkan ke polisi.
Di Swiss, cerita Hendra, berbeda 180 derajat.
Orang Swiss, sangat menjunjung tinggi HAM. Meski berforesi copet, lanjut Hendra, jangan harap bisa melihat aksi hakim jalanan seperti di Indonesia.
"Seorang polisi, kalau ketahuan memukuli Copet, atau para tersangka lainnya, hukumannya dipecat. Hak Asasi Manusia, Disini, sangat dijunjung tinggi. Dan jangan salah, banyak dari mereka disini memilih hidup di penjara," ungkap Hendra.