Tugu Juang: Monumen Perjuangan Rakyat Jambi Melawan Belanda, Sayang Kini Kurang Terawat
Kawasan Simpang Tiga Sipin, menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Jambi saat agresi militer Belanda ke-II
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jambi Teguh Suprayitno
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI – Kawasan Simpang Tiga Sipin, menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Jambi saat agresi militer II.
Seratus pejuang Jambi gugur di sana.
Singgah ke kota orang, menarik untuk mengulik soal perjuangan rakyatnya melawan penjajahan Belanda.
Banyak Kota di Indonesia, punya monumen sejarah yang menyimpan cerita perjuangan.
Relief yang menggambarkan perjuangan rakyat Jambi melawan serbuan tentara Belanda. (Tribun Jambi/Teguh)
Bila Anda melintasi Simpang Tiga Sipin, Kota Jambi, Anda akan melihat sebuah patung pejuang membawa bambu runcing, masyarakat Jambi menyebutnya tugu juang.
Tugu ini dibangun untuk mengenang pertempuran pada 29 Desember 1946, saat agresi militer II.
Junaidi T Noor, Sejawaran dan Budayawan Jambi mengatakan waktu itu pemerintah melakukan politik “Bumi Hangus Kota Jambi, Kenali Asam Menjadi Lautan Api”.
Rakyat Jambi mati-matian mempertahankan tanah Jambi untuk tidak jatuh ke tangan Belanda.
Melalui relief monumen ini menggambarkan banyak pertempuran dan peristiwa penting yang terjadi di Jambi, usai proklamasi.
Perang agresi militer II, pertempuran kapal TNI Alnuri I dengan kapal perang Belanda di Kuala Bentara Tanjung Labu, pertempuran pasukan Selempang Merah bersama TNI waktu menyerang kapal perang Belanda di Sungai Pengabuan.
Tugu Juang Jambi. (Tribun Jambi/Teguh Suprayitno)
Dan pertempuran di Batanghari, Tanjung Jabung, Sarolangun, Bangko, Bungo, Tebo dan Kerinci.
Ada juga relief pengibaran bendera ussai kemerdekaan di seluruh wilayah Jambi dan sidang UNCI (United Nation Comision on Indonesia) di Mauro Tembesi, serta pembicaraan oleh lokal Oint Commite di Jambi.
Untuk mengenang kerasnya perjuangan rakyat Jambi, pada 5 Januari 1984, Gubernur Jambi Masjchun Sofwan meresmikan tugu juang.
Dia juga menulis pesan bahwa “manusia tanpa mimpi adalah mati, cita-cita tanpa perjuangan adalah mimpi, idaman yang menjadi kenyataan adalah kebahagiaan”.
Monumen yang sempat terlupakan hingga bertahun-tahun dan ditumbuhi lumut itu, kini menjadi salah satu tempat bersantai.
Sekeliling pohon di kawasan tugu juang dibangun tempat duduk.
Meski sudah direnovasi, tempat ini masih terlihat kurang terurus, malahan menjadi tempat penitipan barang pedagang kaki lima yang biasa jualan di area tugu juang.