Yang Bikin Spesial Es Cendol dan Cincau Samarinda Adalah Tidak Pakai Santan, Tapi Susu
Bukan sembarang es cendol dan cincau. Kalau di Samarinda nggak pakai santan tapi susu. Pantesan joss rasanya!
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Kaltim Budhi Hartono
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Kuliner khas Samarinda sudah terlanjur identik dengan Nasi Kuning, Lontong Sayur, Soto Banjar, Lemang dan krupuk Amplang.
Tapi sebenarnya ada kuliner sedap lain yang belum terlalu tenar tapi rasanya top banget.
Yakni, es cendol dan cincau!
Perlu dicoba, minuman cendol dan cincau khas Samarinda, dengan banderol harga antara Rp 8.000 sampai Rp 10.000/gelas.
"Ini cendol dan cincau khas Samarinda. Kalau cincaunya hitam bentuknya seperti kue stick. Bahannya dari sari daun cincau. Manfaatnya untuk panas dalam," tutur Muhammad Ghazali, pemilik kios Juragan Cendol/Cincau di Jalan Gatot Subroto Gang 18, Kelurahan Bandara, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda, Provinsi Kaltim, Minggu (8/11/2015) malam.
Es cincau dan cendol khas Samarinda.
Untuk jenis minuman cendol, kata dia, terbuat dari bahan tepung beras.
Cendol dan cincau dijadikan bahan utama minuman khas Samarinda.
Yang membedakan, cincau dan cendol di Jurdol, tidak menggunakan bahan santan. Melainkan dengan susu.
Susu yang digunakan terbilang cukup tahan lama dibandingkan dengan santan.
Cendol atau cincau ditambahkan batu es dan diguyur gula aren (gula merah/Jawa).
Pencinta kuliner, akan di suguhi dengan sajian minuman khas tradisional cendol dan cincau dikemas secara moderen.
Mulai dari jenis original cincau, alpuncau, krhuncau. Nama jenis atau aneka itu, sesuai dengan 9 jenis toping pilihan.
"Misalnya, kalau toping cincau pakai alpukat disebutnya alpuncau. Kita ada 9 jenis toping. Mulai dari alpukaaat, nangka, pakai oreo dan lainnya. Kita pakai susu, tanpa bahan pengawet," ujar Ghazali.
Untuk harga, sangat terjangkau. Untuk minuman original cincau dan cendol dipatok hanya Rp 8.000.
Sedangkan pakai toping oreo, cokelat silverqueen, buah alpukat atau nangka, hanya Rp 10.000.
Hanya saja modifikasi dan kemasannya terbilang moderen.
Modifikasi cendol dan cincau diberi toping dengan kemasan gelas plastik berlogo Jurdol dan penutup safety.
Gelas plastik dipesan langsung dari Surabaya. Sehingga memikat pencinta kuliner.
Kuliner minuman khas ini, bukanlah franchise. Melainkan usaha keluarga yang saat ini masih beroperasi di wilayah Samarinda saja.
Anda ingin mencoba, silahkan kunjungi kedai Jurdol yang menggunakan tenda khas motif sarung Samarinda. Mulai beroperasi jam 10,00 pagi sampai jam 21.00 wita.
Kedai yang berdiri tepat dipinggir jalan, dengan etalase pikulan yang terbuat dari rotan, sebagai tempat gentong cendol atau cincau.
Menariknya, tempat duduk bagi pengunjung atau pecinta kuliner menggunakan papan sketboard.
Pembeli antri di Kedai Cincau dan cendol Samarinda.
Meski hanya seluas 8 x 6 meter persegi, ada sekitar empat meja dan 8 kursi.
Terlihat kreatifitas memodifikasi barang bekas si pemiliknya yang punya hobi sketboarding.
Setiap hari, Jurdol menjual minimal 200 gelas cendol dan cincau.
Rencananya, Jurdol bakal membuka cabang di Samarinda Seberang.
"Kita baru buka empat bulan, sudah ada yang mau kerjasama buka di Bontang. Saya harus perkuat manajemen dan bahan serta sistemnya," pungkas Ghazali.